Maka tak heran, lanjut Wahid, PDI Perjuangan memperlakukan Gibran secara berbeda dengan kader lainnya seperti Budiman Sudjatmiko. Sebab, menghentikan Gibran secara tidak hormat bagi Wahid hanya menciptakan efek negatif yang muncul di masyarakat.
BACA JUGA: Minta Gibran Undur Diri Secara Baik-Baik, PDIP Surakarta: Datang Tampak Muka, Pergi Tampak Punggung
“Ini ada relasi kekuasaan yang tidak hanya sekarang tetapi juga proyeksi 2024-2029, maka sebagai jaring pengaman maka jalan tengahnya adalah membiarkan situasi ini terjadi. Sebab jika diambil sikap tegas seperti memberhentikan secara tidak hormat, justru nanti menguntungkan pasangan Prabowo-Gibran,” paparnya.
Terkait PDI Perjuangan yang bermain dua kaki, Wahid menyebut kesamaan kondisi terhadap hal itu. Hanya saja, level PDI Perjuangan dengan partai lain yang pernah bermain dua kaki seperti Partai Golkar anggapannya berbeda.
“PDI Perjuangan salah satu partai dengan kaderisasi dan penegakan disiplin yang cukup kuat. Bisa jadi ini pertama kali PDIP mengalami, ada kasus seperti ini di tingkat nasional. Kalau Golkar kan sudah berpuluh tahun ya punya pengalaman seperti itu,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi