BACA JUGA: Insentif 2.047 Nakes Semarang Belum Dibayarkan, Dinkes: Kami Fokus Verifikasi, Pembayaran Bukan di Kami
Selain itu, menurut walikota, masyarakat juga bisa menanam singkong dan ubi pada lahan yang tidak terlampau besar. Sehingga masih mungkin diterapkan di beberapa wilayah di Kota Semarang.
“Ini ada lahan tidak terpakai sekitar 1000 meter, akan kami tanami singkong dan ubi. Pengelolaannya mudah dan murah, juga bisa menggunakan lahan terbatas,” katanya.
Awal tanam pada 21 Januari dan waktu panen pertama pada Jumat 27 Juni 2025 lalu. Walaupun hasilnya kurang maksimal, namun upaya ini dapat menjadi langkah awal program ketahanan pangan.
“Satu batang singkong ini bisa dapat 10 kilo. Tapi menurut analisa ahli pertanian tanahnya kurang subur. Kita akan tanam lagi, mungkin Agustus bisa panen lagi lebih baik,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Shoti’ah turut mendukung kegiatan tersebut sebagai upaya dalam mewujudkan ketahanan pangan.
“Hal ini sejalan dengan program pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan melalui pemanfaatan lahan-lahan kosong. Serta peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan,” ujarnya.
Menurut Shoti’ah, penanaman ubi jalar dan ubi kayu atau singkong, adalah bagian dari upaya pengembangan pangan lokal sebagai makanan pengganti beras.
“Ubi jalar merupakan bahan makanan dengan kadar karbohidrat yang cukup tinggi sehingga bisa menjadi makanan mengganti beras,” katanya.
Terlebih, perawatan singkong dan ubi, cocok bagi petani pemula yang ingin belajar pertanian. Utamanya pada wilayah perkotaan, karena perawatannya yang mudah.
“Menanam ubi cenderung sangat mudah dan sederhana, tidak mudah terserang hama dan tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa panen,” pungkasnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah