“Samplenya akan kita kirim juga ke Pusat semoga nanti bisa ada bantuan untuk memasarkan beras organik kita. InsyaAllah Blora siap menjadi lumbung beras organik untuk dunia. Ini cita-cita kita bersama karena saat ini banyak negara mencari beras organik yang lebih menyehatkan,” ujar Mas Arief, sapaan akrab Bupati.
Panen Raya Padi Organik
Sementara itu, Ngaliman Plt Kepala DP4 Kabupaten Blora menerangkan, panen padi di Blora pada tahun 2022 seluas 107.000 Hektare dengan produktivitas 6,23 Ton/Hektare.
“Sehingga produksi padi mencapai 668.000 Ton dalam satu tahun. Dan dengan hasil produksi tersebut, Blora peringkat 5 di Jawa Tengah,” jelasnya.
Sementara itu, lanjutnya, di tahun 2023 meskipun El Nino masih berlangsung. Selama kurun waktu Januari hingga September didapatkan data luas panen mencapai 98.000 hektare.
“Kalau tadi data 2022 akhir tahun mencapai 107.000 Hektar semoga pada tahun ini juga capain yang sama di tahun sebelumnya,” imbuhnya.
Ngaliman menambahkan, untuk di Kedungtuban sendiri dari kurun waktu Januari hingga September. Memiliki total tanaman padi seluas 8.823 Hektare dengan luas panennya sampai September mencapai 9.934 Hektare.
Samsuri, salah satu petani padi organik warga Ngraho mengaku ada peningkatan hasil panen dari pertanian konvensional ke pertanian organik.
“Harga beras organik lebih mahal,Kalo beras konvensional hanya 12 ribu, kalo organik harga bisa sampai 17 ribu. Produktivitas juga tidak kalah dengan konvensional, Berasnya juga enak, pulen,” ungkapnya.
Menurutnya, ia sudah 4 tahun beralih tanam padi organik, namun awal peralihan sempat berselisih pendapat dengan keluarga.
“Saat mulai menanam, sempat beda pendapat namun setelah merasakan hasilnya akhirnya setuju dan tetap tanam padi organik,” ucapnya.
Pada musim kemarau panjang ini, Samsuri mengaku ada penurunan hasil panen namun tidak begitu banyak. Selain itu tanam padi organik juga jarang ada hama yang menyerang, Padi organik juga bisa untuk kesehatan. (*)
Editor: Elly Amaliyah