Selain sokongan citra Jokowi yang melekat baik di Jateng, kerja keras Gerindra sekaligus kerja kelompok antarpartai pengusung pun turut menjadi faktor kemenangan Prabowo-Gibran di Jateng.
“Kita telah berproses dari Pemilu ke Pemilu. Kita, kalah, evaluasi, kalah, evaluasi lagi. Dukungan dari koalisi kan cukup besar. Misalnya bupati di Jateng yang dari Gerindra atau Golkar kan tidak resisten dengan kampanye kita. Istilahnya kerja kelompoklah, ya,” ungkapnya.
Sudaryono yang telah menjadi tangan kanan Prabowo sejak 2010 silam itu pun mengaku pasukan infanteri atau yang tempur langsung di lapangan menjadi kunci penting, selain pengaruh sosial media dan serangan udara.
BACA JUGA: Bakal Gelar Konsolidasi, Partai Gerindra Belum Kantongi Nama Kandidat di Pilwakot Semarang 2024
“Kira-kira tiga minggu sebelum Gibran jadi cawapres, tumpuan atau sesuatu yang utama itu adalah pasukan di lapangan. Kita harus sampai TPS RT desa, aku menekankan itu. Ujungnya kita harus mencari, menggalang, dan mengamankan suara,” paparnya.
Menjabat hanya 4 bulan sebelum hari H Pilpres, tutur Sudaryono, ia tak boleh sampai salah mengambil langkah.
“Langkah selama empat bulan itu tidak boleh salah. Saya langsung safari ke 35 kabupaten/kota, ketemu ranting, sehari bisa dua sampai tiga kabupaten. Kenali diri kamu dan kenali medanmu, 1.000 kali bertempur, 1.000 kali menang seperti kata Lao Tzu,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi