Westri juga menyinggung maraknya fenomena viral di media sosial yang bisa membentuk opini publik secara cepat dan tidak akurat, seperti dalam kasus pemblokiran sejumlah rekening bank oleh PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Keuangan) yang sempat memicu keresahan.
“Framing di media sosial bisa memperburuk iklim investasi. Pemerintah perlu sigap merespons dan menjaga kepercayaan publik serta investor. Saat ini, ketidakpastian itu terasa semakin tinggi,” tambahnya.
BACA JUGA: Rekomendasi Berbagai Macam Jenis Buah yang Bagus untuk Pertumbuhan Otak Anak, Apa Saja?
Ia juga mengingatkan bahwa untuk mengejar pertumbuhan tinggi, pemerintah harus punya komitmen politik yang nyata, bukan sekadar retorika.
“Yang dibutuhkan sekarang adalah political will yang kuat. Bukan cuma slogan atau janji, tapi bukti nyata bahwa pemerintah konsisten dan pro-investasi,” tegasnya.
8 persen bisa tercapai, tapi bukan sekarang
Menutup pernyataannya, Westri mengatakan bahwa meskipun target 8 persen bisa saja tercapai, namun hal itu tidak akan terjadi dalam jangka pendek, bahkan kemungkinan belum bisa dicapai dalam satu periode kepemimpinan.
“Kalau ibarat pesawat, ekonomi kita masih mengumpulkan tenaga untuk take-off. Butuh waktu, konsolidasi, dan mobilisasi besar-besaran untuk mencapai 8 persen. Itu target jangka panjang, bukan jangka pendek,” pungkasnya. (*)
Editor: Farah Nazila