“Dengan waktu yang singkat ini, (Jokowi) mencoba memaksimalkan apa pun yang ia bisa lakukan. Dari hasil survei pun kecenderungannya masih dua putaran,” sambungnya.
Pose dua jari hingga klaim bansos dari Presiden Jokowi, Wahid sangsikan Bawaslu bisa bertindak sesuai tugasnya
Sementara itu, pihak istana telah melakukan klarifikasi bahwa presiden boleh melakukan kampanye. Akan tetapi, Wahid menegaskan sikap Jokowi ini begitu berbahaya bagi demokrasi. Alasannya, dalam melakukan upaya pemenangan itu, Jokowi begitu ‘abu-abu’ dalam menunjukkan sikapnya. Yakni sebagai seorang presiden ataukah justru tim kemenangan bagi putera sulungnya.
“Itu berbahaya, karena kita akan sulit melihat apakah ini dalam konteks presiden atau tim pemenangan anaknya dan tentu aksesnya jadi sangat tidak bagus. Apalagi berkaitan dengan penggunaan fasilitas negara,” lanjut Wahid.
Tak hanya itu, pose dua jari yang berani Jokowi tunjukkan saat kunker ke Salatiga, Jawa Tengah, apalagi bansos yang Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, sebut sebagai kemurnian hati Jokowi, bagi Wahid, turut mencederai demokrasi saat ini.
BACA JUGA: Hadiri Penyerahan Pesawat Baru TNI AU Bareng Prabowo, Jokowi: Presiden Boleh Kampanye dan Memihak
Tak ayal, Wahid pun merasa sangsi apakah Bawaslu sebagai badan pemantau jalannya Pemilu dapat bertindak dengan tegas atau tidak.
“Di sana bukannya pesimis, tapi Bawaslu tidak akan bisa memaksimalkan tekanannya. Tinggal bagaimana kita berharap pada pengawasan masyarakat, ini menjadi penting. Apalagi kalau nanti (pelanggaran) oleh presiden. Saya pesimis kalau itu penindakannya bisa dengan adil,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi