Menurut Hadi, salah satu petani muda milenial asal Kedungtuban, saat ini sudah ada 1200 hektar lahan di Blora. Yang sudah tanam jagung mitra PT BISI Internasional Tbk dan Marolis.
Sedangkan kuota pemberian PT BISI Internasional Tbk adalah 6000 hektar. Selanjutnya para petani sudah teken kontrak mulai 2023 – 2030.
“Dengan adanya kerjasama dengan BISI Marolis (BISMA) ini, kita akan lebih meningkatkan produksi jagung, yang mana sebelumnya petani hanya menanam jagung konsumsi dengan carut marutnya penjualan”, ungkap Hadi.
Dengan adanya program BISMA ini , kata dia, petani ada kontrak harga, MoU yang mana didalamnya ada harga paten dari Perusahaan.
“Ini kita pembenihan, jagung BISI dan nanti hasilnya akan langsung beli oleh pabrik”, imbuhnya.
Kekurangan dari program ini, jika petaninya males. Tidak tepat waktu pemupukan perawatan gulma jangan sampai lebih tinggi dari jagungnya yang akan menyebabkan gagal panen.
“Salah satu keberhasilan kita harus semangat, saya mengajak petani Blora, ayolah semangat. Bersatu agar hasil panennya sesuai yang kita harapkan”, tuturnya.
Menurutnya, jika petani menggarap lahan satu hektar dengan benar sesuai arahan dari pendampingnya. Dalam satu hektar akan menghasilkan jagung kering sawah sebanyak 9 ton.
Sedangkan jika PT atau pabrik membeli jagung kering sawah dengan harga Rp. 4.400 /kilogram. Maka dalam satu hektar akan ketemu angka Rp 4.400 kali 9 ton yakni Rp. 39.600.000. (*)
Editor: Elly Amaliyah