Namun, air yang jatuh dari langit seperti berat dan suaranya juga terdengar lebih keras saat menimpa genting maupun halaman rumah.
“Awalnya saya sempat mengira itu hujan es. Tapi setelah melihat ke luar rumah, ternyata hujan air biasa tetapi bulir air yang jatuh memang lebih besar,” jelasnya.
BACA JUGA: Warga Gotong Royong Tangani Rumah Rusak Dampak Puting Beliung di Semarang
Setelah itu, lanjutnya, baru berlanjut pusaran angin kencang (puting beliung) yang memporak-porandakan atap-atap rumah warga. Rumahnya sendiri pun 80 persen atap gentingnya rusak.
Usai angin puting beliung berlalu, barulah turun hujan lebat meski durasinya hanya sebentar.
“Yang kami syukuri, dari peristiwa ini tidak sampai ada warga yang menjadi korban,” tegas Suroso. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi
