Menurutnya, paling banyak ditemui kasus kanker di masyarakat adalah kanker payudara dan kanker kulit. “Sedangkan pada anak-anak umumnya kanker darah (leukemia),” ungkapnya.
Oleh karena itu dia mengajak masyarakat agar peduli dan sayang pada tubuhnya, dengan menerapkan pola hidup sehat termasuk mengkonsumsi makanan bergizi agar terhindar dari kanker.
“Kalau ada sesuatu, bukan hanya kanker saja. Langsung saja dikonsultasikan pada ahlinya, ke dokter. Sehingga jika ada hal yang tidak biasa pada pemeriksaan awal bisa segera mencari pertolongan ke dokter, ” ujar Djoko.
Pada kesempatan itu, dokter yang merupakan Sub Spesialis Bedah Konsultan Unpologi (Tumor) ini mengimbau pada masyarakat yang mengalami gejala-gejala yang mengarah kanker bisa segera melakukan deteksi dini ke dokter spesialis.
“Jika sudah menunjukkan gejala seperti tumor, atau tiba-tiba ada benjolan kecil harus segera ke dokter,” imbuhnya.
Menurut Djoko, kanker merupakan salah satu penyakit ganas dan belum ada obatnya. “IDI meminta masyarakat menjaga pola hidup sehat dengan rutin berolahraga dan makan makanan bergizi,” kata Djoko.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam mengatakan, sebagai seorang dokter pihaknya selalu melakukan upaya edukasi kepada masyarakat.
“Banyak faktor yang menyebabkan penyakit kanker. Faktor genetik atau keturunan, ada pula faktor dari luar juga mempengaruhi. Seperti makanan, lingkungan, pola hidup. Pola hidup pastinya akan menambah atau memacu kejadian kankeer.
“Mudah stres, mudah sensitif pasti akan lebih mempercepat penyakit ini, ” ujar Hakam.
Dari faktor makanan, Dinas Kesehatan bekerja sama dengan BPOM dan Ketahanan Pangan melakukan random sampling di saluran rumah air PAM, kantin sekolahan, warung-warung dan pasar tradisional serta toko modern. “Kita terus melakukan upaya screening faktor-faktor resiko,” imbuhnya.
Menanggapi Rumah Harapan Indonesia yang terus mendukung para penyintas Indonesia. Hakam memberikan apresiasinya.
“RHI ini sebagai dukungan untuk para penderita tidak hanya kanker tapi masyarakat yang kedapatan yang penyembuhannya lama atau kronik. Masyarakat yang harus melakukan tindakan atau program seminggu dua minggu kalau tidak ada RHI atau rumah singgah pasti akan kesulitan. Sehingga RHI ini sangat meringankan beban penderita penyakit kronik terutama yang dari luar kota, ” ujar Hakam. (*)
Editor: Elly Amaliyah