Sebagai kampus konservasi, UNNES menjadikan pelestarian lingkungan sebagai bagian dari identitas institusi.
“Konservasi merupakan salah satu elemen visi UNNES. Karena itu Tawu Sendang menjadi bagian penting dari komitmen menjaga lingkungan,” jelas Martono.
Pada kesempatan tersebut, UNNES juga melakukan penanaman pohon, termasuk pohon gayam yang terkenal mampu menjaga cadangan air tanah. Tak hanya itu, ada pula penebaran sebanyak 4.000 ikan di area sendang untuk memperkuat ekosistem air.
UNNES menerapkan aturan ketat dalam kegiatan lingkungan: setiap satu pohon ditebang, lima pohon harus di tanam kembali. Penerapan kebijakan ini sejak saat penghijauan di kawasan Bandara Ahmad Yani lama.
Tak hanya itu, UNNES menyiapkan rencana jangka panjang untuk pengelolaan air kampus.
“Target kami adalah memiliki tiga embung kecil sebagai pengatur air. Saat kemarau dapat digunakan menyiram tanaman, saat hujan dapat menampung air agar tidak menjadi banjir,” ungkap Martono.
Kampus juga tengah meneliti teknologi penyaringan untuk menghasilkan air minum langsung dari sendang, memanfaatkan riset mahasiswa dan dosen.
Pusat Edukasi Konservasi
Perwakilan Pemprov Jateng, Sarwo Rini dari Biro Infrastruktur Sumber Daya Alam, mengapresiasi kegiatan tersebut.
“Gerakan seperti ini meski terlihat kecil, bisa menjadi contoh besar bagi daerah lain di Jawa Tengah,” ujarnya.
UNNES memiliki peran strategis sebagai pusat edukasi konservasi dan pembentuk kesadaran lingkungan. “Kami melihat UNNES sudah menerapkan pengelolaan sampah dan konservasi air dengan serius. Ini sangat menginspirasi,” tambahnya.
Tradisi Tawu Sendang direncanakan menjadi agenda tahunan UNNES. Tahun depan, kegiatan akan diperluas dan masuk ke program konservasi kampus secara lebih terstruktur.
Bagi warga Kalisegoro, kegiatan ini memberi harapan baru. Sendang yang sempat ditinggalkan kini kembali dirawat, menjadi sumber air bersih dan identitas budaya yang hidup kembali di tengah modernisasi. (*)
Editor: Elly Amaliyah













