“Saya belajarnya cukup lama, sudah 10 tahun. Saya bukan keturunan asli sini, saya pendatang,” ucapnya.
Tradisi sejak 100 tahun lalu
Lebih jauh, Sirin mengaku tak tahu pasti sejarah Bubur India bisa jadi salah satu sajian berbuka khas di Masjid Pekojan. Namun, ia yakin tradisi ini sudah ada sejak 100 tahun lalu, atau saat banyak pedagang Pakistan di daerah Petolongan.
“Saya kurang tau kalau nama bubur Indianya. Tapi sudah ada sejak dulu pedagang Pakistan ke sini,” kata Sirin.
Tiap harinya, Sirin memasak 20 kg beras yang kemudian diolah menjadi 200 porsi bubur India. Baik dibagikan ke warga maupun disediakan bagi jamaah masjid.
BACA JUGA: Hotel di Semarang Ramai di Hari Pertama Ramadan, Paket Buka Puasa All You Can Eat Jadi Incaran
Sebagai penerus langsung Ahmad Ali, Sirin tentu ahli dalam mengolah bubur India. Hanya saja, ia sering mendapat kritik dan pujian dari beberapa orang.
Ada yang bilang masakannya berbeda dengan buatan Ahmad Ali. Ada pula yang memuji masakannya lebih enak daripada aslinya.
“Tapi tidak masalah, itu biasa. Yang bilang lebih enak juga banyak. Yang paling penting bubur ini tidak terhenti terjadi,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila
Respon (2)