“Dengan ziarah ke tokoh-tokoh besar itu maka anak-anak tahu pendiri Semarang beserta jasa-jasanya. Tumbuh nasionalisme dan rasa bangga terhadap kota kelahirannya,” ungkapnya.
Pelajari nilai sejarah masing-masing tokoh lewat ziarah makam leluhur di Kota Semarang
Lebih jelas, saat ziarah, Moechjidien menyebut jika siswa tidak hanya belajar nilai-nilai keagamaan. Akan tetapi, juga mempelajari nilai sejarah dari tokoh-tokoh tersebut. Salah satunya yaitu kisah KH Sholeh Darat yang merupakan guru RA Kartini.
Moechjidien menjelaskan, salah satu karya tersohor RA Kartini yaitu buku Habis Gelap Terbitlah Terang ternyata bersumber dari terjemahan Al-quran berbahasa Jawa pertama di Indonesia.
Saat itu, RA Kartini yang tak berpuas diri dalam belajar Al-quran, meminta KH Sholeh Darat untuk menerjemahkan Al-quran ke dalam bahasa Jawa.
BACA JUGA: Tengok Sejarah dari Sudut Berbeda, Mengunjungi Makam Kehormatan Belanda ‘Ereveld’ di Kota Semarang
“Hasil dari tulisan terjemahan Al-quran itu di Belanda akhirnya setelah terkumpul jadi buku Habis Gelap Terbitlah Terang,” terang Moechjidien.
“Dengan memperkenalkan itu, harapannya anak-anak mengenal RA Kartini bukan dari pakaiannya, tapi dari ajaran-ajaran RA Kartini yang bersumber dari Sholeh Darat,“ tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi