Scroll Untuk Baca Artikel
Feature

Tengok Sejarah dari Sudut Berbeda, Mengunjungi Makam Kehormatan Belanda ‘Ereveld’ di Kota Semarang

×

Tengok Sejarah dari Sudut Berbeda, Mengunjungi Makam Kehormatan Belanda ‘Ereveld’ di Kota Semarang

Sebarkan artikel ini
Ereveld Semarang
Salah satu pengunjung saat mengunjungi Makam Kehormatan Belanda, Ereveld Kalibanteng. (Fadia Haris Nur Salsabila/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Tak bisa dipungkiri jika sebagian besar perspektif sejarah yang kita ketahui cenderung dipengaruhi sudut pandang pemerintah Indonesia. Misalnya terkait penjajahan oleh bangsa lain seperti Belanda dan Jepang.

Oleh karenanya, cerita sejarah kemerdekaan dalam pelajaran di sekolah sering kali masih bisa menjadi bahan perdebatan pada sejumlah aspek. Salah satunya mengenai fakta sejarah dari sudut pandang pihak Belanda.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Menurut Mozes Christian Budiono, pemerhati sejarah asal Semarang, ada dua tempat yang bisa dikunjungi jika ingin mengetahui sejarah kemerdekaan dari sudut pandang Belanda, yaitu Makam Kehormatan Belanda (Ereveld) Kalibanteng dan Candi.

“Sejauh ini kita cuma baca-baca di buku pelajaran, jadi mungkin bisa mengunjungi langsung Ereveld buat melihat bukti langsung yang ada di buku-buku pelajaran,” ujar Mozes kepada beritajateng.tv, Selasa, 16 Januari 2024.

BACA JUGA: Pancing Minat Generasi Muda, Mozes Sajikan Konten Sejarah Secara Lebih Ringan via Medsos

Sebelumnya, pada tahun 1942, terdapat 300.000 orang Belanda dan Indo-Belanda menetap di Indonesia yang kala itu masih merupakan Hindia Belanda dan masih merupakan koloni Belanda.

Lebih lanjut, selama Perang Dunia Kedua di Asia Tenggara dan selama masa revolusi, tak kurang 34.000 orang Belanda gugur. Pada tahun 60-an, makam korban perang terkumpul dalam Makam Kehormatan Belanda di Pulau Jawa di bawah pengelolaan Oorlogsgravenstichting (Yayasan Makam Kehormatan Belanda).

Hal tersebut, kata Mozes, membuktikan bahwa perang tidak memandang apa pun kewarganegaraan seseorang. Selain itu, juga sebagai salah satu bukti bahwa perang tidak menguntungkan bagi kedua belah pihak.

“Semuanya bisa terdampak perang apa pun sukunya, apa pun agamanya, apa pun negaranya. Apalagi yang di Kalibanteng itu mayoritas anak-anak dan perempuan,” imbuhnya.

Ereveld Kalibanteng dan Ereveld Candi di Semarang

Menurut Mozes, hanya Kota Semarang dan Jakarta yang memiliki 2 Ereveld sekaligus. Hal tersebut seharusnya dapat menjadi media pembelajaran langsung bagi generasi muda.

Tinggalkan Balasan