Jateng

Sejumlah Daerah di Jateng Keracunan MBG, Ahmad Luthfi: Perutnya Kaget-Diare, Tak Usah Dibesar-besarkan

×

Sejumlah Daerah di Jateng Keracunan MBG, Ahmad Luthfi: Perutnya Kaget-Diare, Tak Usah Dibesar-besarkan

Sebarkan artikel ini
Keracunan MBG Jateng
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, saat dijumpai di GOR Jatidiri, Kota Semarang, Senin, 6 Oktober 2025 sore. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

“Dan agar dia punya rasa sense of crisis, sense of belonging terhadap MBG, karena mbg itu bukan hanya pusat nasional, tetapi pemerintah daerah harus mendukung dan ikut serta di dalam,” pungkas Luthfi.

BACA JUGA: Jateng Akan Terima 32 Triliun per Tahun untuk MBG, Kepala BGN: Lebih Besar dari APBD-nya Sendiri

Alasan BGN RI kukuh lanjutkan MBG meski banyak keracunan

Sebelumnya, Kepala BGN, Dadan Hindayana, menegaskan program MBG tak boleh berhenti meski beberapa wilayah terlapor mengalami kasus keracunan. Ia menilai, MBG justru menjadi kunci dalam menyiapkan generasi sehat dan produktif di masa depan.

“Kenapa demikian? Karena kita tahu bahwa penduduk Indonesia masih tumbuh 6 orang per menit, 3 juta per tahun,” ujar Dadan saat menyampaikan paparan dalam Briefing SPPG se-Jateng di GOR Jatidiri, Kota Semarang, Senin, 6 Oktober 2025 sore.

Dadan menggambarkan, dalam hampir lima dekade terakhir, jumlah penduduk Indonesia melonjak dari 135 juta menjadi 285 juta jiwa, dan perkiraan mencapai 324 juta pada 2045. Namun, kata Dadan, pertumbuhan itu mayoritas keluarga dari kelompok miskin dan rentan miskin.

“Ternyata penduduk Indonesia tumbuh dari orang tua yang pendidikannya hanya sembilan tahun. Mohon maaf, Pak Gubernur, lama pendidikan rata-rata penduduk Jawa Tengah itu delapan tahun. Artinya mayoritas penduduk Jawa Tengah lulusan SD, dan itulah yang menghasilkan anak lebih dari dua,” paparnya.

Kondisi itu, lanjut Dadan, berdampak langsung pada rendahnya akses anak-anak terhadap makanan bergizi seimbang. Dadan menuturkan, sekitar 60 persen anak di Indonesia tidak bisa mengonsumsi susu secara rutin karena keterbatasan ekonomi.

“Jadi kalau makan itu ya begitulah, asal ada nasi, mie, kerupuk, kecap. Terus bagaimana kita bisa mengharapkan anak-anak yang lahir hari ini menjadi tenaga kerja produktif kalau makannya tidak dengan gizi seimbang,” tegasnya.

Dadan menyebut, alasan inilah yang mendorong Presiden RI Prabowo Subianto untuk menjadikan MBG sebagai program prioritas nasional.

Menurutnya, pemerintah berkewajiban memberi akses menu bergizi bagi seluruh anak Indonesia agar tumbuh sehat, kuat, dan cerdas.

“Oleh sebab itu pemerintah berkewajiban mempersiapkan generasi mendatang dengan akses menu gizi seimbang. Ini penting sekali, supaya mereka bisa tumbuh sehat, kuat, cerdas, dan ceria,” ujarnya. (*)

Editor: Mu’ammar R. Qadafi

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan