Menurutnya, dengan memberikan kesempatan anak-anak disabilitas menjadi petugas upacara maka kepercayaan diri mereka akan tumbuh semakin besar.
“Awalnya saya ragu, tapi ketika saya ajak mereka menjadi petugas mereka antusias dan sangat percaya diri,” tuturnya.
Bagi Anne, dengan mendirikan sekolah bagi anak berkebutuhan khusus adalah sebuah panggilan hidup. Bahkan baginya masih banyak tugas besar menanti untuk bisa mencerdaskan anak-anak berkebutuhan khsuus tersebut.
“Mereka ini sekolah rutin ya. Ada hari tertentu itu pelajaran bagi tuna rungu, tuli dengan handicraft, main musik, dan talenta mereka selalu dibina selama belasan tahun. Jadi mereka tidak demam panggung. Bahkan ibunya kami libatkan jadi karyawan di perusahaan kami,” jelasnya.
Salah satu murid Bina Bunda, Bintang yang bertugas sebagai pembaca doa, mengaku senang dipercaya sebagai petugas upacara. Meski ia mengalami kesulitan dan menghafal naskah doa namun saat upacara berlangsung penampilannya patut diacungi jempol.
“Latihannya 2 kali. Harus tenang tidak boleh cepat-cepat bacanya, agak deg-degan tadi,” ungkap Bintang.
Salah seorang tim paduan suara dari Bina Bunda, Vero mengaku tidak ada kesulitan dalam membawakan berbagai lagu kemerdekaan dalam upacara. Meski hanya dua kali berlatih, Vero dan timnya berhasil menyanyikan lagu kemerdekaan dengan lancar. “Senang sekali. Tidak grogi. Kemarin dua kali latihan,” terang Vero. (*)