“Tahun [2024] ini paling banyak Banyumas, karena jumlah penduduk banyak. Kalau dilihat insidental hampir sama se-Jawa Tengah,” jelas Irma.
Sempat turun, kasus DBD meningkat di akhir tahun 2024, apa alasannya?
Kendati angka kematian terbanyak ada pada bulan Januari-Maret 2024, Irma turut menyoroti kasus DBD yang cukup tinggi pada akhir 2024.
Menurut keterangannya, ada 798 kasus DBD pada November dan 1.100 kasus pada Desember 2024.
“Masih ada peningkatan kasus di akhir tahun. Kemarin puncaknya kan di bulan Mei, Juni, pas peralihan musim hujan ke musim kemarau ya. Terus habis itu kemarau turun kasusnya, sampai Oktober-November sudah turun, tapi Desember-Januari 2025 agak naik lagi, “ jelas Irma.
BACA JUGA: Waspada Ancaman Penyakit di Musim Hujan, dari DBD hingga Leptospirosis
Dinkes beberkan alasan anak-anak rentan terkena DBD
Mayoritas anak-anak masih menjadi pasien DBD terbanyak di Jawa Tengah. Alasannya, kata Irma, daya tahan tubuh anak-anak lebih rentan ketimbang orang dewasa.
“DBD itu kan infeksi virus, otomatis kaitannya erat sekali dengan daya tahan tubuh, anak-anak lebih rentan. Kalau sudah pernah terkena DBD yang parah, infeksi pertama itu paling berat biasanya, karena kedua dan ketiga kan sudah mengenali, sudah ada respons, pasukan tubuh untuk melawan sudah ada,” jelas Irma.
Untuk anak-anak, DBD biasanya menyerang pertama kali. Sehingga mereka Irma sebut lebih rentan jika terkena DBD.
“Kalau anak-anak kan mungkin infeksi pertama rata-rata, jadi lebih rentan. Kalau anak-anak lebih gampang shock, DBD itu kan paling orang takuti adalah kejadian jatuh ke shock syndrome-nya alias DSS,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi