Tak hanya penerimaannya pada masyarakat akar rumput alias grass root, belum ada partai yang sejauh ini tampak melekat pada Ade Bhakti menurut Wahid. Padahal, dalam benaknya, kemenangan dalam Pilwakot yang terusung dari partai berpotensi lebih besar ketimbang individu.
“Belum ada supporting system dari parpol. Kalau Pilkada hampir 95 persen menang dari jalur parpol, entah sendiri atau koalisi. Sedikit yang menang hanya perseorangan, ini harus ada pengujiannya, daya terima parpol terhadap figur ini,” terang Wahid.
BACA JUGA: Raffi Ahmad Bakal Bangun Usaha di Semarang, Salut Mbak Ita Mampu Rangkul Investor
Persaingan di internal birokrasi
Selain dua hal itu, ada faktor lain yang tak kalah penting menurut Wahid. Ade Bhakti yang meniti kariernya sebagai ASN di pemerintahan, tentu menurut Wahid, harus berhadapan dengan persaingan di internal birokrasi.
“Mantan sekda, kepala dinas, pensiunan, itu selama ini jadi salah satu sumber dari rekrutmen bakal calon kepala dserah, kita juga melihat kompetisi di internal birokrasi,” bebernya.
Meskipun di antara ASN Pemkot Semarang popularitas tertinggi masih dalam cengkeraman Ade Bhakti, namun Wahid tegaskan kembali, tak boleh hanya bermodalkan ketenaran itu semata.
“Daya terima masyarakat itu penting. Itu juga cukup menentukan. Misalnya ada Pak Sekda yang mungkin secara senioritas dan ketokohan lebih bisa menarik kalangan birokrat. Tinggal bagaimana kemudian parpol ini dalam merangkul sosok tersebut,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila