Tak menoleransi rekayasa dalam kampanye pilpres
Arumi pun memaklumi bahwa kritik merupakan hal yang lumrah dalam kampanye pilpres, namun dia tidak membenarkan terkait rekayasa untuk menjatuhkan lawan politiknya.
“Ada yang bilang ini istilahnya spin doctor. Pernyataan seseorang dipenggal lalu ditambahkan narasi melalui caption, seakan-akan pernyataan itu salah, padahal jika dikutip lengkap tanpa dipotong-potong, faktanya sangat berbeda,” ungkapnya.
Ia menyayangkan bahwa video-video yang berisi berita hoaks tersebut bisa mengecohkan banyak orang, sekalipun orang berpendidikan.
“Kemudian ini di viralkan melalui media sosial, bahkan mereka yang latar belakangnya akademis juga bisa terkecoh loh. Cukup banyak kenalan kami di dunia kerja yang sempat menanyakan video tersebut, dan setelah menerima penjelasan bahwa itu video yang dipotong-potong, mereka langsung memahami,” ujar Arumi.
Menurut Arumi, berdasarkan studi World Food Program dari PBB, program makan siang di sekolah sudah di lakukan di sekitar 70 negara dan telah membantu 418 juta anak.
Di antara negara tersebut, 120 anak di India telah terjangkau. Sedangkan untuk di ASEAN sendiri, ada Kamboja, Filipina, Thailand dan Malaysia.
BACA JUGA: Tanggapi Pernyataan Prabowo Soal Pupuk Langka di Jateng, Ganjar: Pikniknya Kurang Jauh
“Monggo bisa cek di website wfp.org, ada namanya program school meals, dan Koalisi Makan di Sekolah atau School Meals Coalition yang telah 76 negara ikuti sebagaimana tercantumkan di laporan State of School Feeding 2022 Report,” tegas Arumi.(*)