“Kita perlu sadar bahwa wajah di negara ini, di daerah-daerah lain, mereka sedang menghadapi konflik-konflik. Maka penting bagi kita unutk menyambut informasi-informasi seperti ini dan solidaritas-solidaritas seperti ini,” lanjutnya.
TONTON JUGA: Video Kemendikbud Ristek Luncurkan Film Dokumenter Nyantrik
Seusai nobar, Perwakilan Aliansi International Womens Day (IWD) Semarang, Lita Aghata menyampaikan pandangannya terhadap karya film ‘Dragon for Sale’. Ia menyoroti bahwa film tersebut menggambarkan bagaimana ruang masyarakat terambil alih, termasuk tanah adat.
Lita menyebut, film tersebut menggambarkan bagaimana upaya penciptaan “10 Bali Baru” melibatkan kelompok marjinal yang rentan dan miskin sebagai korban. Di sisi lain, hanya segelintir oligarki yang meraup keuntungan dari situasi tersebut.
Namun, film dokumenter ini juga berhasil merekam bahwa perempuan tidak hanya diam dalam pusaran konflik yang terjadi.
“Semangat itu harusnya menjadi motivasi gerakan di kota Semarang,” tegasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi