Emosi dan Moralitas dalam Perebutan Senjata
Drakor Trigger mengeksplorasi sisi psikologis masyarakat yang rapuh. Karakter-karakter seperti Yoo Jung-tae, seorang calon abdi negara yang semakin tertekan, hingga ibu tua pencari keadilan, digambarkan sebagai penerima paket senjata yang tertekan oleh ketidakadilan sosial. Senjata menjadi simbol pembebasan yang tragis.
BACA JUGA: Ending Absurd, Apakah Drakor S Line Bakal Lanjut Season 2?
Lee Do dan Moon Baek ingin menegakkan hukum tanpa membiarkan kekerasan menang, sedangkan Baek menggunakan senjata untuk mengguncang sistem yang pernah mengkhianatinya. Konfrontasi di antara mereka berujung bukan hanya pertarungan fisik, tapi juga konflik ideologis yang mengangkat pertanyaan besar tentang balas dendam, moralitas, dan tanggung jawab pribadi.
Aksi dan Sinematografi
Drama ini disutradarai dan ditulis oleh Kwon Oh‑seung yang sebelumnya terkenal lewat film Midnight. Gaya visualnya penuh ketegangan, adegan aksi dikemas dengan koreografi yang rapih dan suasana atmosfer distopia yang kuat.
Meski sebagian kritik menyebutnya terlalu menikmati kekerasan visual, banyak juga penonton yang memuji bagaimana tiap adegan menambah kedalaman cerita.
Drakor Trigger menghadirkan sesuatu yang jarang di dunia K-drama yakni kontras antara hukum super ketat dengan ledakan kekerasan massal. Bila kamu penggemar drama dengan ketegangan seperti Squid Game, Vincenzo, atau Mercy for None, karya ini wajib masuk ke daftar tontonanmu. Drakor ini membuat kita refleksi soal masyarakat modern yang rapuh terhadap sistem hukum. (*)