SEMARANG, beritajateng.tv – Rektor Universitas Katolik Soegijapranata (Unika), Dr. Ferdinandus Hindiarto, S.Psi., M.Si., menanggapi dinamika persaingan antara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang kian ketat, terutama di tengah perubahan kuota penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri di PTN.
Ferdinandus Hindiarto menyampaikan bahwa dalam menentukan target penerimaan mahasiswa baru, pihaknya mempertimbangkan banyak aspek. Namun, rasio dosen dan mahasiswa tetap menjadi indikator utama dalam menjaga kualitas.
“Setiap tahun kami menetapkan target jumlah mahasiswa baru dengan mempertimbangkan banyak hal, dan aspek yang paling utama adalah menjaga rasio dosen terhadap mahasiswa. Itu adalah penentu kunci untuk kualitas pendidikan,” ujarnya kepada beritajateng.tv melalui pernyataan pada Selasa, 22 Juli 2025.
BACA JUGA: Tanggapi Polemik Gas Elpiji 3 Kg, Pengamat Undip Soroti Buruknya Sistem Komunikasi Pemerintah
Ia menambahkan, dinamika baru terkait penerimaan jalur mandiri di PTN menimbulkan ketidakpastian bagi PTS. Jika sebelumnya kuota jalur mandiri di PTN bersifat terbatas dan transparan, kini jumlahnya tidak lagi diketahui secara pasti.
“Kalau dulu kan ada peraturan menteri yang membatasi jalur mandiri maksimal 20 persen. Nah, dengan PTN berbadan hukum, dengan kekuasaan untuk mencari penerimaan sepertinya PTN tanda petik menambah jumlah kuota itu,” kata Ferdinandus.
Masyarakat yang masih memandang kualitas PTN lebih unggul dari PTS
Rektor Unika Soegijapranata itu mengakui hal tersebut berdampak pada PTS. Hal ini membuat PTS harus lebih adaptif dan kreatif dalam menarik minat calon mahasiswa.
“Iya, pasti berdampak. Dalam tahun ini memang ada sebuah dinamika baru yang tanda petik cukup menantang, karena kami tidak pernah tahu berapa kuota jalur mandiri yang dibuka oleh PTN,” tambahnya.
Dampak lainnya adalah dari masyarakat yang masih memandang kualitas PTN lebih unggul dari pada PTS. Padahal, menurut Ferdinandus, kriteria penilaian untuk akreditasi PTN dan PTS itu sama.
“Karena masyarakat masih sering kali memandang bahwa ada perbedaan antara negeri dan swasta. Padahal ya menurut saya tidak, karena dalam akreditasi, kriteria yang dipakai sama kan? Soegijapranata itu unggul. Akreditasinya Undip juga unggul, sama,” jelas Ferdinandus.