SEMARANG, beritajateng.tv – Sineas dokumenter yang belakangan menjadi sorotan publik, Dandhy Laksono, angkat bicara soal film Dirty Vote. Ia menyangkal jika film itu sengaja ia produksi demi Pemilu semata.
Begitu juga film dokumenter sebelumnya berjudul Sexy Killer (2019) yang tayang sesaat sebelum Pemilu 2019, dan ‘Yang Ketu7uh’ (2014). Ia menyebut, kedua film tersebut terlalu istimewa jika hanya untuk menyambut Pemilu.
“Bagi kami Pemilu tidak terlalu penting untuk dibikin film. Apa yang ada di Sexy Killer dan Dirty Vote adalah hal sehari-hari dalam politik yang harus kita awasi,” ungkapnya saat diskusi di Aula Kampus 1 Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Kamis, 22 Febuari 2024 malam.
Dandhy mengakui jika publik banyak yang berasumsi terkait pola dan garis merah dari kedua film yang sama-sama membahas politik dan tayang sesaat sebelum pesta demokrasi.
BACA JUGA: Aksi Kamisan Roadshow di Kampus Semarang, Orasi Spanduk: Pemilu Rak Pemilu Golek Kerjo Tetep Angel
Namun, ia menekankan jika apa yang menjadi bahasan dalam film tersebut merupakan hal sehari-hari. Yang mana, bisa dengan mudah publik temukan di masyarakat.
Seperti bagaimana orang mencari kerja menggunakan orang dalam, memanfaatkan kekuasaan demi kepentingan pribadi, anak kepala desa yang maju menjadi kepala desa, hingga korupsi yang terang-terangan. Semuanya adalah hal-hal yang Dandhy anggap telah masyarakat wajarkan.