SEMARANG, beritajateng.tv – Ketua Lembaga Keterampilan Pelatihan (LKP) Johar Selatan Baru, Aik Solikati, mengungkap sejumlah tantangan besar dalam upaya melestarikan batik tulis di tengah gempuran teknologi digital dan maraknya batik printing.
Menurutnya, keberadaan batik printing yang diproduksi massal membuat generasi muda semakin jauh dari proses tradisional batik canting.
BACA JUGA: Tanamkan Spirit Kearifan Lokal, Ratusan Siswa SMPN 32 Semarang Antusias Belajar Membatik
“Sekarang munculnya batik printing itu sangat merusak batik canting. Kalau anak-anak tidak dikenalkan proses membatik yang benar, mereka bisa lupa bagaimana cara mencanting batik tulis itu sendiri,” ujar Aik saat beritajateng.tv temui di Pasar Johar Selatan Baru pada Rabu, 19 November 2025.
Ia menyebut era digital membuat masyarakat semakin memilih produk instan, termasuk dalam dunia batik. Padahal, batik tulis memiliki nilai seni, kesabaran, dan filosofi yang tidak tergantikan oleh mesin.
LKP Johar Selatan Baru bangkitkan kebanggaan lewat ikon batik Semarang
Selain pelatihan, Aik terus mengenalkan ikon-ikon batik khas Semarang seperti Warak Ngendog, Batik Asem, Kembang Sepatu, hingga Burung Plekok. Menurutnya, pengenalan motif khas daerah mampu menumbuhkan kebanggaan sekaligus mendorong pelestarian budaya.
“Ketika mereka memakai hasil batik sendiri itu ada kebanggaan. Selain karya pribadi, mereka ikut melestarikan budaya Semarang ke berbagai kota bahkan mancanegara,” jelasnya.
Pelatihan membatik yang digelar LKP Johar Selatan Baru juga menyasar berbagai jenjang usia, mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga komunitas dan peserta dari luar negeri.
Menurut Aik, tantangan pelestarian batik tidak hanya berasal dari industri printing, tetapi juga muncul dalam proses edukasi kepada pelajar, terutama soal keamanan alat dan karakter peserta.













