BACA JUGA: 40 Taruna Polisi dari 10 Negara Belajar Batik di Semarang, Kagumi Warisan Budaya Indonesia
“Tiap jenjang sekolah itu beda-beda. Ada yang nakal, ada yang tidak manut. Yang paling kami takutkan itu kalau mereka menyenggol atau menendang kompor berisi malam panas,” ujarnya.
Karena itu, pihaknya selalu memberi peringatan sejak awal agar peserta berhati-hati saat berada di dekat kompor batik.
Meski demikian, Aik menilai anak-anak yang serius dan mengikuti arahan dengan baik mampu menghasilkan karya batik tulis yang indah.
Aik berharap motif-motif khas Semarang dapat semakin terkenal secara luas, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
“Semarang sudah punya ikon batik. Harapan saya semuanya bisa terkenal, karena kalau kita memakai produk buatan kita sendiri, pasti akan ada rasa bangga,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













