Chris Alt menegaskan bahwa A&E kini bertransformasi menuju produksi berbasis keberlanjutan (sustainability). Sekitar 80 persen dari total produk perusahaan kini menggunakan serat buatan (man-made fiber) seperti polyester dan nilon daur ulang.
BACA JUGA: Kebijakan Tarif Trump, Peluang Ekspor Industri Furniture Jawa Tengah Masih Terbuka
“Hampir semua produk kami sudah recycle. Ini bukan sekadar tren, tapi arah baru industri tekstil dunia,” jelasnya.
Langkah itu menunjukkan komitmen A&E untuk mendukung upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan menciptakan ekosistem manufaktur yang lebih hijau.
Dengan meningkatnya relokasi industri dari negara lain, Indonesia memiliki momentum emas untuk memperkuat posisinya di rantai pasok global, khususnya di sektor footwear dan tekstil berkelanjutan.
“Kami yakin industri ini sedang shift, dan Indonesia punya peluang besar untuk mengambil alih posisi strategis itu,” pungkas Chris Alt.
A&E memiliki tiga kantor di Indonesia yang berlokasi di Sidoarjo, Bandung, dan Jakarta. Ketiga kantor tersebut menjadi pusat koordinasi produksi dan distribusi untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun ekspor. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi