Semarang, 16/10 (BeritaJateng.tv) – Plh Walikota Semarang Ir Hj Hevearita G Rahayu, MSos berharap kepada warga Kampung Batik Kelurahan Rejomulyo Semarang mampu meneladani para pendahulu yang mengalami tragedi pembakaran Kampung Batik oleh tentara Jepang saat terjadi Pertempuran 5 Hari, 17 Oktober 1945.
“Kala itu warga bersatu padu bahu membahu memadamkan kobaran api. Hingga melupakan bahaya berondongan peluru senjata tentara Jepang yang masih mengarah pada kobaran api, ” ujar Ita sapaan akrabnya.
Menurutnya, semangat cinta tanah air, rela berjuang serta peduli terhadap sesama ini lah yang harus dicontoh sampai sekarang. Karena semangat juang tersebut, kampung Batik bisa diselamatkan meski 300 rumah hangus terbakar.
“Kebangkitan pasca kebakaran berlangsung tak lama, dan hingga kini Kampung Batik bisa eksis sebagai kampung wisata dan sentra batik Semarangan,” kata Ita saat menghadiri dan membuka peringatan Titiran di Kampung Batik Kampoeng Djadoel Semarang, Sabtu (17/10/2022).
Titiran merupakan acara mempengingati dibakarnya Kampung Batik oleh tentara Jepang di hari keempat terjadinya Pertempuran 5 Hari Semarang.
Saat itu Jepang membabi buta membakar Kampung Batik Wedusan hingga merambat ke Batik Gedong dan menghanguskan 300an rumah warga.
Dalam catatan sejarah di Buku Sejarah Pertempuran 5 Hari juga dipaparkan bahwa saat itu ada rencana Angkatan Muda bersama barisan pejuang dari mantan PETA, BKR dan Laskar Hisbullah akan menggelar serangan umum ke kedudukan Jepang di Sayangan, Jurnatan dan Gedangan dari Kampung Batik dibawah pimpinan Budanco Moenadi.
Serangan umum gagal lantaran Jepang tahu adanya pemuda yang sibuk mengungsikan wanita dan anak-anak nyeberang dari Kampung Strong masuk ke Kampung Gedongsari.