Ign Luwiyanto, Panitia Tradisi Titiran mengungkapkan kegiatan yang sudah memjadi tradisi tahunan ini sudah masuk dalam agenda kegiatan Dinas Pariwisata.
“Selain sebagai sarana edukasi sejarah perjuangan bangsa bagi generai muda, juga kami kemas adanya aktifitas seni seperti kirab budaya dan teatrikal, “katanya.
Dalam acara tersebut juga ada pembagian ‘Nasi Nuk’, yakni nasi bungkus daun jati sebagaimana yang diterima para pejuang dari masyarakat yang membantu makanan selama berjuang atau gerilya.
“Nasi Nuk dibagikan Walikota kepada masyarakat. Ini merupakan simbolik yang kami angkat sebagai bentuk perhatian pemimpin terhadap rakyat. Jadi nasi nuk bukan sembarang nasi. Tapi disitulah lambang jatidiri bangsa Indonesia. Jatidiri bangsa ini adalah memiliki perhatian terhadap sesama,” ungkap Luwiyanto.
Kehadiran Mbak Ita disambut oleh warga Kampung Batik. Selain kini sebagai pejabat Walikota, ternyata Juga pernah dinobatkan sebagai Warga Kehormatan Kampung Batik dengan sebutan ‘Mbok Batik’ karena perhatiannya mengangkat kampung Batik sebagai destinasi wisata sentra batik.
Titiran diharapkan menjadi sarana perekat warga. Mbak ita juga selalu berpesan kepada warga agar selalu waspada terhadap bahaya kesehatan yang masih mengancam, yakni Covid.
“Tuntaskan vaksin dan jangan ditunda-tunda. Sebab masih ada korban meninggal ternyata belum vaksin. Satu hal lagi yang perlu diingat afalah bahaya stunting. Koordinasikan dengan aparat kami yang berwenang, sehingga semua bisa cepat diatasi,” tambahnya. (Ak/El)