SEMARANG, beritajateng.tv – Tren “Rombongan Jarang Beli” alias Rojali mendapat perhatian Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah. Tak cuma Rojali, tren serupa lainnya yakni “Rombongan Hanya Nanya” alias Rohana belakangan ini juga marak terjadi di pusat perbelanjaan seperti mal.
Fenomena Rojali dan Rohana dinilai terjadi akibat adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat. Tim Analisis Ekonomi BPS Jawa Tengah, Didik Nursetyohadi, mengungkap masyarakat kini lebih suka berbelanja daring atau online ketimbang secara langsung.
Menurutnya, ini menjadi indikasi perubahan tren ekonomi ritel di Jawa Tengah, yang saat ini juga ditandai dengan melambatnya laju konsumsi rumah tangga.
BACA JUGA: Daya Beli Masyarakat Menurun, Gerakan Pangan Murah di Desa Keji Ungaran Barat Warga Serbu
Didik menuturkan, perubahan pola belanja masyarakat tak terlepas dari perkembangan teknologi digital sekaligus meningkatnya literasi keuangan digital saat ini.
“Ada shifting atau pergeseran pola konsumsi dari offline ke online. Orang sekarang lebih nyaman melihat barang secara langsung di toko, lalu membelinya secara online,” ungkap Didik, Kamis, 7 Agustus 2025.
Meskipun data spesifik terkait fenomena Rojali dan Rohana belum BPS Jawa Tengah himpun secara khusus, Didik menyebut peralihan pola konsumsi itu tercermin dari data pertumbuhan konsumsi yang masih positif, kendati mulai melambat.
“Pertumbuhan konsumsi di Jawa Tengah masih naik, tapi kecepatannya melambat. Artinya, daya beli masyarakat masih ada, hanya saja temponya melambat atau tidak seagresif sebelumnya,” ungkap dia.
Konsumsi rumah tangga jadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Jateng; Rojali marak tak berarti daya beli surut
Didik menuturkan, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Pada triwulan II 2025, konsumsi rumah tangga di Jawa Tengah tumbuh sebesar 5,28 persen.
Ia menyebut, dari total produk domestik regional bruto (PDRB) Jawa Tengah, sebanyak 61 persen tertopang oleh konsumsi masyarakat.