Menurutnya, pendekatan berbasis teknologi membuat gerakan lingkungan lebih mudah diikuti dan terukur dampaknya.
“Partisipasi generasi muda adalah kunci. Lewat program ini, mahasiswa tidak hanya belajar tentang kepedulian lingkungan. Tetapi juga melihat langsung bagaimana teknologi digital dapat menciptakan dampak sosial yang nyata,” ujarnya.
Botol plastik yang terkumpul melalui PilahBox tidak berhenti sebagai limbah. Seluruh sampah plastik tersebut dikelola oleh Bank Sampah POLINES sebagai mitra pengelola di tingkat kampus.
Sampah kemudian daur ulang menjadi berbagai produk kerajinan tangan yang memiliki nilai ekonomi dan di pasarkan sebagai cendera mata, sekaligus mendukung pemberdayaan pelaku UMKM lokal.
Pengelolaan Sampah Modern
Direktur Politeknik Negeri Semarang, Garup Lambang Goro, menyambut positif kolaborasi ini dan menilai kehadiran PilahBox memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa dalam pengelolaan sampah modern.
“Kami mengapresiasi inisiatif Indosat yang menghadirkan teknologi pengelolaan sampah di lingkungan kampus. Kegiatan ini memberi pengalaman praktis bagi mahasiswa dan relevan dengan kebutuhan industri di masa depan, sekaligus berkontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan di Semarang,” ujar Garup.
Sejak pertama kali diluncurkan pada 2022, mesin JagaRaya PilahBox telah ditempatkan di sejumlah kota di Indonesia, seperti Bogor, Semarang, Medan, Makassar, dan Mataram. Hingga 2025, program ini berhasil mengumpulkan sekitar 113.000 botol plastik atau setara dua ton sampah, dengan melibatkan hampir 2.000 partisipan.
Indosat menegaskan bahwa keberlanjutan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Kehadiran JagaRaya PilahBox di POLINES menjadi contoh konkret bagaimana sinergi antara dunia pendidikan, industri, dan masyarakat mampu mendorong perubahan menuju lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan, khususnya di Kota Semarang dan Indonesia secara luas. (*)
Editor: Elly Amaliyah













