“Kami minta anak-anak mengumpulkan bungkus-bungkus bekas makanan dari rumah, lalu di kelas mereka membuat hiasan bersama-sama dengan arahan guru. Untuk kelas besar, prosesnya memakan waktu dua jam pelajaran. Dan jika belum selesai, berlanjut pada jam terakhir keesokan harinya,” jelasnya.
BACA JUGA: Jelang HUT RI ke-80, 75 Capaska Tingkat Kabupaten Semarang Latihan Intensif
Sementara itu, untuk anak-anak kelas kecil, pembuatan berlangsung di rumah bersama orang tua. Barang-barang bekas yang ada di rumah diolah menjadi hiasan dan aksesoris yang digunakan saat karnaval.
“Persiapan kegiatan ini sekitar dua hari sebelum hari H. Anak-anak membuat sendiri aksesoris yang mereka pakai, sehingga mereka merasa lebih bangga dan terlibat langsung,” tambah Yustina.
Selain karnaval, peserta juga berkeliling kampung sambil mengajak warga memilah sampah dan memungut sampah yang mereka temui di jalan. Semua kegiatan ini merupakan bagian dari program unggulan sekolah untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini.
Dengan ide kreatif seperti kostum Transformer dari kardus popok ini, karnaval SD PL Don Bosko Semarang tidak hanya memeriahkan kemerdekaan, tapi juga menjadi contoh nyata bahwa limbah bisa disulap menjadi karya yang memukau. (*)
Editor: Farah Nazila