SEMARANG, beritajateng.tv – Suasana belajar berbeda terasa di SMA Kebon Dalem Semarang. Alih-alih ruang kelas beton ber-AC, para siswa justru menimba ilmu di dalam bangunan Rumah Honai, rumah adat Papua yang identik dengan atap jerami dan nuansa hangat alami.
Konsep ini bukan sekadar estetika, melainkan menjadi simbol pendidikan multikultur dan kepedulian lingkungan yang kini diusung sekolah tersebut.
Kepala SMA Kebon Dalem, SR. Krista Yustina Susilawati, SDP, S.Sos, M.A., menjelaskan penggunaan Rumah Honai berangkat dari proses refleksi panjang sekolah setelah relokasi pada 2023. Sebelumnya, SMA Kebon Dalem berlokasi di daerah Jalan Wotgandul, Semarang, dan sejak berdiri pada 7 Agustus 1968 dikenal sebagai sekolah yang melayani komunitas Tionghoa menengah ke bawah.
“Dalam perjalanan, kami merasa perlu melakukan rebranding. Kami ingin SMA Kebon Dalem menjadi sekolah yang lebih universal, terbuka untuk berbagai suku, agama, dan latar belakang. Rumah Honai kami pilih karena ia simbol budaya Indonesia, khususnya Papua, sekaligus tempat perjumpaan,” ujar SR Krista saat beritajateng.tv temui di sekolah pada Selasa, 16 Desember 2025.
Menurutnya, Honai bukan sekadar bangunan tradisional, tetapi ruang yang sarat makna. Di dalam konsep budaya Papua, Honai adalah tempat berkumpul, berdialog, dan membangun rasa kekeluargaan. Nilai inilah yang ingin SMA Kebon Dalem hadirkan bagi para siswa.
“Harapannya, anak-anak merasa ini rumah kedua mereka. Mereka belajar hidup bersama, saling mengenal, dan menghargai perbedaan dalam satu ruang yang terbuka,” imbuhnya.
BACA JUGA: Up Peak Semarang Gelar Smart Kids Competition, Ratusan Anak Ikuti Lomba Matematika-Fashion Show!
SMA Kebon Dalem kini memiliki 7 Rumah Honai yang multifungsi. Selain ruang kelas, kegunaan bangunan ini untuk rapat OSIS, pertemuan guru, hingga tempat siswa berkumpul dan makan bersama.
Tak hanya soal budaya, konsep sekolah alam juga menjadi roh utama SMA Kebon Dalem. Hal ini sejalan dengan ensiklik Laudato Si’ yang dikeluarkan Paus Fransiskus pada 2015, tentang ajakan merawat bumi sebagai rumah bersama. Prinsip tersebut di terjemahkan secara konkret dalam aktivitas harian sekolah.
Di lingkungan sekolah, siswa di biasakan membawa tumblr dan tempat makan sendiri. Tidak ada minuman kemasan sekali pakai, bahkan untuk tamu sekolah.
“Ini cara sederhana mendidik anak agar punya sikap peduli lingkungan, bukan hanya tahu secara teori,” kata SR Krista.
Pendekatan ramah lingkungan juga masuk ke dalam sistem pembelajaran. SMA Kebon Dalem menerapkan pembelajaran kontekstual, di mana seluruh mata pelajaran dikaitkan dengan alam sekitar. Matematika, biologi, ekonomi, hingga agama, semua bersentuhan langsung dengan lingkungan sekolah yang dipenuhi tanaman dan hewan.













