SEMARANG, beritajateng.tv – Sejumlah umat Tionghoa di Rasa Dharma Semarang tampak khusyuk mendirikan telur di ujungnya, Senin, 10 Juni 2024. Kegiatan tersebut merupakan puncak perayaan Peh Cun atau Hari Raya Bakcang.
Sembari duduk lesehan di lantai, mereka rela memegang satu butir telur selama bermenit-menit demi menyeimbangkannya dan bisa berdiri. Mereka percaya jika telur bisa berdiri lurus hari ini.
Indriani Hadisumarto, Sekretariat Rasa Dharma menjelaskan, mendirikan telur merupakan tradisi masyarakat Tionghoa saat Hari Raya Peh Cun atau Hari Raya Bakcang. Meski begitu, mendirikan telur tak memiliki makna atau filosofi khusus.
“Kalau filosofinya tidak ada, hanya memperlihatkan bahwa saat ini lah betul-betul ada fenomena alam, kalau di hari lain belum tentu bisa mendirikan telur,” katanya kepada beritajateng.tv.
BACA JUGA: Komunitas Tionghoa Semarang Refleksi Tragedi 98 Sambil Rujakan Pare, Simbol Pahitnya Masa Lalu
Menurut Indriani, Hari Peh Cun erat dengan tradisi mendirikan telur karena matahari sedang memancarkan cahaya paling kuat. Artinya, gaya gravitasi sedang dalam posisi terlemah dan matahari tepat berada di atas khatulistiwa.
Konon, kata Indriani, telur akan semakin mudah berdiri pada pukul 11.00 – 13.00 WIB. Meski begitu, tradisi mendirikan telur ini tak memiliki makna khusus bagi masyarakat Tionghoa.
“Nggak ada makna khusus, bahkan saya pernah dengar ada beberapa lokasi yang lebih mudah mendirikan telur setiap waktu,” ucapnya.
Pernah buat 4 telur berdiri
Meski tak memiliki makna atau filosofi khusus, namun Indriani percaya bahwa tradisi mendirikan telur memiliki manfaatnya tersendiri. Misalnya melatih kesabaran.
Sebab, Indriani masih gagal mendirikan telur hari ini. Padahal, tahun kemarin ia bisa mendirikan 4 butir telur.