“Seluruh material berasal dari sumbangan para relawan, ada yang memberikan pasir, semen, tenaga, hingga uang. Semua langsung kami manfaatkan untuk perbaikan darurat,” jelasnya.
Peyok juga menyesalkan belum adanya tindakan perbaikan permanen dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang. Meskipun laporan mengenai kerusakan jalan sudah disampaikan melalui media sosial dan koordinasi dengan pihak kecamatan.
“Memang sudah ada water barrier dari PU, tapi belum ada tindak lanjut perbaikan. Struktur tanah lempung di bawah aspal membuat jalan cepat rusak dan mudah terkelupas,” tuturnya.
Ia menilai tambalan sebelumnya dikerjakan kurang maksimal karena aspal tidak menempel kuat. Relawan berharap Pemerintah Kota Semarang segera memperbaiki jalan tersebut secara menyeluruh agar keselamatan pengguna jalan lebih terjamin.
Sebagai informasi, Relawan Gabungan Semarang juga pernah menggelar aksi serupa pada 8 Februari 2025 lalu dengan menandai jalan-jalan berlubang menggunakan cat semprot di berbagai titik kota.
“Aksi itu kami lakukan saat musim hujan, karena saat itu banyak jalan rusak dan angka kecelakaan meningkat,” tambah Peyok. (*)
Editor: Ellya Amaliyah