“Sekarang pengemudi angkutan barang atau angkuran orang sudah mulai menghafal di mana aja jalur penyelamat. Mereka juga enggak mau kok menggunakan itu kalau tidak dalam kondisi terpaksa,” beber Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata itu.
Pentingnya perawatan jalur penyelamat
Lebih jauh, Djoko lebih menyoroti faktor perawatan jalur penyelamat yang sering kali terlupakan. Menurutnya, pemerintah lebih sering membangun jalur penyelamat. Namun, setelah itu tak melakukan perawatan secara berkala.
Akibatnya, pasir yang seharusnya membantu proses pengereman darurat menjadi mengeras dan membahayakan pengemudi.
“Kalau tidak dipelihara tanah itu mengeras, supir juga jadi takut ke sana. Harusnya bener-bener bermanfaat untuk menyelamatkan, bukan nanti dia masuk ke sana jadi kecelakaan juga,” kata Djoko.
BACA JUGA: Pohon Tumbang di Tanjakan Tanah Putih Semarang, Timpa Mobil Hingga Sopir Terjepit
Selain melakukan pembangunan jalur penyelamat, Djoko meminta pemerintah untuk mengalokasikan anggaran khusus perawatan jalur penyelamat. Sehingga, jalur penyelamat benar-benar berfungsi menyelamatkan, bukan membahayakan.
“Kita apresiasi pemerintah punya kepedulian membangun jalur penyelamat di Sigar Bencah, tapi setelah itu harus ada perawatan rutin,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi