Peyok menyebut aksi ini merupakan inisiatif spontan para relawan yang sering menangani korban kecelakaan akibat jalan rusak di wilayah itu.
“Dalam seminggu terakhir sudah ada tiga kecelakaan di lokasi tersebut. Banyak warga yang melapor kepada kami karena khawatir kondisi jalan makin berbahaya,” ujar Peyok, Minggu 4 Oktober 2025.
Ia menambahkan, meski belum ada korban jiwa, kondisi jalan yang rusak parah dapat memicu kecelakaan fatal bila tidak segera diperbaiki.
Karena itu, para relawan berinisiatif menutup lubang jalan menggunakan campuran semen dan pasir dengan peralatan sederhana hasil donasi masyarakat.
“Seluruh material berasal dari sumbangan para relawan, ada yang memberikan pasir, semen, tenaga, hingga uang. Semua langsung kami manfaatkan untuk perbaikan darurat,” jelasnya.
Peyok juga menyesalkan belum adanya tindakan perbaikan permanen dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang. Meskipun laporan mengenai kerusakan jalan sudah mereka sampaikan melalui media sosial dan koordinasi dengan pihak kecamatan.
“Memang sudah ada water barrier dari PU, tapi belum ada tindak lanjut perbaikan. Struktur tanah lempung di bawah aspal membuat jalan cepat rusak dan mudah terkelupas,” tuturnya.
Ia menilai tambalan sebelumnya oleh DPU Kota Semarang kurang maksimal karena aspal tidak menempel kuat. Relawan berharap Pemerintah Kota Semarang segera memperbaiki jalan tersebut secara menyeluruh agar keselamatan pengguna jalan lebih terjamin. (*)
Editor: Elly Amaliyah