HeadlineNews UpdatePendidikan

Wahid Foundation Gandeng Kesbangpol Jateng Implementasikan Gerakan Sekolah Damai

×

Wahid Foundation Gandeng Kesbangpol Jateng Implementasikan Gerakan Sekolah Damai

Sebarkan artikel ini
Wahid Foundation Gandeng Kesbangpol Jateng Implementasikan Gerakan Sekolah Damai

Semarang,19/10 (BeritaJateng.tv) – Survey Wahid Foundation mengenai sosial keagamaan di sekolah menyebutkan bahwa 68 persen siswa rohis setuju dengan khilafah Islamiyah. Riset ini menjadi latar belakang kenapa Wahid Foundation bersama komunitas lain turut melakukan survey-survey di sekolahan tentu usia SMA/SMK usia yang masih rentan terhadap keyakinan keagamaan, atau usia labil.

Hal itu dikatakan oleh Ubbadul Adzkiya selaku peneliti dari Wahid Foundation dalam Focus Group Discussion (FGD) bersama jurnalis dan Kesbangpolinmas Jawa Tengah pada Rabu (19/10/2022).

Davida melaporkan pada tahun 2017 Wahid Foindation membuat rekomendasi kebijakan strategi nasional untuk pencegahan intoleransi dan radikalisme.

“Salah satunya adalah upaya untuk menanggulangi terjadinya intoleransi dan kekerasan di sekolah. Sehingga sekolahan menjadi konsen agar nanti diperkuliahan atau sekolah lanjutannya sudah memiliki cara pandang yang jelas,” kata Kaprodi Hukum dan Ekonomi Syari’ah (Muamalah) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) itu pada FGD yang digelar di Posin & Bakery Caffe tersebut.

Dalam diskusi bertema “Pentingnya Kebijakan Pencegahan Intoleransi dan kekerasan di Sekolah”, pria yang akrab disapa Ubed itu juga menyampaikan laporan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada tahun 2018 yang menyusun perencanaan aksi nasional terhadap penanggulangan ektrimisme dan intoleransi. Dalan hal tersebut memuat program intervensi di sekolah.

“Jadi yang menjadi dasar dari sekolah damai itu adalah ini yang disusun oleh BNPT,” terangnya menjelaskan landasan program sekolah damai.

“Di tahun-tahun kemarin ketika kita melihat yel-yel anak TK atau ada pawai yang memakai pakaian bersenjata ala teroris, itu salah satu keprihatinan kita karena ketika terus disuarakan dan dipolitisasi,” tandas Ubed.

Wahid Foundation melaporkan bahwa tahun 2018 program ini sudah ada di beberapa SMA/SMK di DKI, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Jawa Tengah yang sudah melakukan sekolah damai ini ada 5 sekolahan pertama SMAN 7, 10, 11, 13 Semarang dan SMAN Cepiring Kendal. Sekolahan yang sudah menerapkan sekolah damai sejak 2018 dan 3 sekolahan yang akan menjalankan juga diantaranya yaitu SMAN 12 Semarang.

“Pada September kami melakukan kick off mengundang dari 70 SMA/SMK se-Jateng sebagai perwakilan dari semua sekolahan yang ada di Jawa Tengah untuk menjadi percontohan implamentasi sekolah damai. Dari 35 kabupaten/kota diambil 2 sekolahan negeri favorit,” jelasnya.

Kemudian Pada tanggal 24 oktober 2022 Wahid Foundation akan melauncing sekolah damai bersama Gubernur Jawa Tengah dan Yenni Wahiud. Wahid Foundation akan mengundang para kepala sekolah, guru agama Islam Guru BK, Rohis dan OSIS. Kegiatan akan dilaksanakan di Kota Solo secara hibryd.

“Kemarin kita sudah bertemu Pak Ganjanr dan bersedia untuk hadir di Senin depan, mungkin ini adalah pertama kali yang hadir di Indonesia program yang mengimplementasikan sekolah damai,” tambahnya.

Dalam pelaksanaannya, Wahid Foundation akan membantu mengembangkan budaya damai melalui kebijakan dan praktik toleransi dengan melibatkan warga sekolah secara parsitipatif, kolaboratif dan kreatif. Pada dasarnya, tambah Ubed, sekolah damai ini bukan menambah kurikulum baru atau menambah mata pelajaran baru. Namun sekolah damai itu menerapkan budaya-budaya damai di sekolahan.

“Pilar sekolah damai yang pertama kebijakan, sekolah punya kebijakan untuk mengantisipasi intoleransi dan kekerasan di sekolah. Selanjutnya bisa berupa peraturan kepala sekolah atau SOP yang mencegah intoleransi,” urainya.

“Harapanya tidak ada lagi kasus di sekolah negeri seperti muslim dan non muslim ruanganya dipisah. Selain itu kasus tidak ada pemilihan ketua OSIS non muslim kemudian di batalkan oleh sekolah. Harapanya juga ada mushola dan runga ibadah bersama untuk semua agama. Serta pilar pengelolaan organisasi. Menajemen organisasi dalam pembentukan pengurus tidak lagi ada diskriminasi karena beda keyakinan,” jelasnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan