Beberapa di antaranya adalah layanan konseling gratis dan privat, dukungan psikologis di PUSPAGA, Puskesmas, dan rumah sakit, serta kerja sama dengan Fakultas Psikologi Undip dan Unika.
BACA JUGA: DPRD Kota Semarang Desak Pemkot Segera Perbaiki Infrastruktur Pascabanjir
“Pemerintah pusat memberi pedoman yang jelas, dan itu menjadi landasan bagi kami untuk menggandeng universitas serta lembaga psikologi. Semua bergandengan tangan mempercepat penanganan kesehatan mental,” jelasnya.
Selain berbicara mengenai kesehatan mental, Agustina juga menyinggung pentingnya menyalurkan potensi kreatif generasi muda. Ia mencontohkan lomba karya tulis mengenai kampung yang bertujuan melatih kepekaan dan fokus para pelajar.
Menurutnya, kegiatan ini menjadi medium bagi anak muda untuk lebih mengenal lingkungan sekitar dan memberi ruang ekspresi yang positif.
“Anak-anak muda sering kali emosional dan cepat terbakar. Dengan menulis, mereka belajar fokus dan peka terhadap sekitar,” katanya.
Ia juga mendorong pelajar dan mahasiswa yang gemar bermain game untuk melihat peluang karier yang lebih luas di industri tersebut. “Game itu bukan sekadar bermain. Kalian bisa menghasilkan uang, bisa membangun karier dari sana,” tambah Agustina.
Menutup sesi dialog, Agustina menegaskan bahwa pemerintah kota ingin menjadi “shoulder to cry on” bagi anak muda.
Pemkot bersama KNPI dan Fakultas Psikologi Undip telah menjalankan program turun ke sekolah-sekolah menggunakan media permainan edukatif untuk membantu anak-anak lebih terbuka mengenai persoalan yang mereka hadapi. (*)
Editor: Elly Amaliyah













