Sementara itu, dr Azam menambahkan, proses penyebaran virus polio terjadi melalui beberapa medium. Antara lain, melalui pencernaan, percikan air liur, makanan atau minuman mengandung virus polio, hingga paparan kotoran pengidap polio.
Hampir mirip dengan virus Corona yang menyebar lewat droplet atau air liur, virus polio juga mudah tersebar melalui percikan air liur.
Lebih lanjut, feses anak yang terkena polio juga dapat menyebarkan virus polio dengan cepat ke lingkungannya. Terutama jika situasi kebersihan dan sanitasi sekitar terbilang buruk.
“Feses bayi yang mengidap polio bisa penuh dengan virus dan itu menambah potensi menular,” tambahnya.
Kelumpuhan permanen hingga kematian
Yang membuat penyakit polio sangat parah, kata dr Azam, ialah sekalinya terserang polio, maka kelumpuhan tersebut akan susah disembuhkan. Bahkan, pada beberapa kasus, polio bisa menyebabkan kematian.
“Gejala polio yang khas itu lumpuh layu. Itu juga bisa menyebabkan sampai kelumpuhan permanen dan kematian. Dan memang belum atau tidak ada obatnya,” tutur Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UNNES itu.
BACA JUGA: Warga Rowosari Tolak Vaksin Polio, Walikota Semarang Bakal Gencarkan Sosialisasi
Dengan demikian, dr Azam meminta agar kampanye terkait polio lebih digiatkan sehingga kasus Polio tidak kembali mewabah di Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan capaian imunisasi polio di kalangan anak-anak.
“Secara komunitas, kalau semua orang percaya 100 persen dengan vaksinasi polio, maka akan ada perubahan. Jika satu komunitas percaya, maka negara itu kebal semua terhadap polio,” pungkasnya.(*)
Editor: Farah Nazila