Gaya Hidup

Yohan Pribadi Wikanto, Difabel Tuna Rungu Buktikan Kemerdekaan Lewat Prestasi Seni Lukis

×

Yohan Pribadi Wikanto, Difabel Tuna Rungu Buktikan Kemerdekaan Lewat Prestasi Seni Lukis

Sebarkan artikel ini
lukisan bung karno karya difabel
Yohan Pribadi Wikanto saat memamerkan karyanya, lukisan Bung Karno. Sabtu, 16 Agustus 2025. (Yuni Esa Anugrah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Seni lukis menjadi jalan bagi Yohan Pribadi Wikanto, seorang difabel tuna rungu berusia 46 tahun, untuk membuktikan bahwa keterbatasan tidak menghalangi seseorang untuk berkarya.

Meski masih menyimpan rasa kurang percaya diri, Yohan telah menghasilkan karya-karya bernilai tinggi yang publik apresiasi, bahkan perusahaan besar.

Bakat seni Yohan sudah terlihat sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ia kerap mengisi waktu dengan menggambar, hingga akhirnya berhasil meraih juara 2 dalam sebuah lomba lukis. Melihat minat anaknya, orang tua Yohan kemudian menyekolahkannya di jurusan desain agar bakat itu bisa terus berkembang.

Namun perjalanan melukisnya sempat terhenti. Yohan baru kembali aktif menekuni dunia seni setelah bergabung dengan Komunitas Sahabat Difabel (KSD). Sejak saat itu, karya-karyanya mulai di perkenalkan lewat beberapa pameran.

“Pengalaman pamerannya memang tidak banyak. Pertama di Mall Ciputra, lalu dua kali diadakan Dinas Sosial, dan terakhir waktu HUT Bung Karno,” jelas sang istri, Jenny Ratnawati Widjuta, saat beritajateng.tv hubungi pada Sabtu, 16 Agustus 2025.

BACA JUGA: Menyelami Warisan Kuliner di Salatiga Lewat Pameran Foto dan Arsip ‘Tapak Rasa’

Meski masih terbatas pengalaman, karya Yohan berhasil menarik perhatian berbagai pihak. Hingga kini, ia sudah menghasilkan sekitar 10 lukisan. Salah satu karyanya pernah Mitratel beli seharga Rp5 juta dan jadi kalender tahun 2024. Tahun ini, lukisan Yohan kembali terpilih oleh Mitratel untuk jadi kalender.

Tak hanya itu, dua buah lukisannya juga dibeli oleh Arie Rukmantara, Direktur UNICEF Indonesia, sebagai hadiah untuk dr. Raisa Brotoasmoro. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa karya Yohan memiliki nilai artistik sekaligus pesan sosial yang kuat.

Masih ada rasa kurang percaya diri

Meski sudah berprestasi, Yohan masih kerap terliputi rasa kurang percaya diri untuk melangkah lebih jauh, termasuk menggelar pameran tunggal.

“Yohan sering merasa karya pelukis difabel lain lebih bagus daripada miliknya. Apalagi dia sempat lama tidak melukis, jadi merasa agak kaku,” ungkap Jenny.

Sebagai istri, Jenny terus memberi dukungan penuh agar Yohan tetap aktif berkarya. “Saya mendorong Yohan untuk terus melukis, supaya tangannya tidak kaku dan juga untuk menambah rasa percaya dirinya,” katanya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan