Jateng

ZCRA Mulai Pemetaan Risiko Iklim di Jateng, Ungkap Ancaman Banjir dari Hulu ke Hilir

×

ZCRA Mulai Pemetaan Risiko Iklim di Jateng, Ungkap Ancaman Banjir dari Hulu ke Hilir

Sebarkan artikel ini
ZCRA Mulai Pemetaan Risiko Iklim di Jateng, Ungkap Ancaman Banjir dari Hulu ke Hilir
Zurich Climate Resilience Alliance (ZCRA) resmi memulai Kick Off Meeting Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim di Jawa Tengah. (Steve Arie/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Zurich Climate Resilience Alliance (ZCRA) resmi memulai Kick Off Meeting Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim di Jawa Tengah, Kamis (11/12/2025).

Kajian ini menyoroti adanya ancaman banjir baik di wilayah pesisir maupun dataran tinggi, yang kini semakin memengaruhi kehidupan masyarakat.

Project Coordinator ZCRA, Arief Ganda Purnama, menjelaskan bahwa kajian ini untuk memetakan risiko banjir secara menyeluruh, dari wilayah hulu hingga hilir.

“Pendekatan kami menyisir risiko dari hulu sampai hilir. Daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi akan kami petakan, kemudian merumuskan rencana aksi pengurangannya,” ujar Arief.

Dalam prosesnya, ZCRA bekerja sama dengan sejumlah lembaga nasional dan daerah, seperti KLHK, Bappenas, Kementerian ATR/BPN, Pemprov Jawa Tengah, serta tujuh kabupaten/kota. Yakni Semarang, Kabupaten Semarang, Salatiga, Demak, Grobogan, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Pekalongan.

Lima forum strategis, Forum DAS, Forum CSR, Forum PKP, Forum Penataan Ruang, serta jaringan donor juga terlibat. Hal ini agar hasil kajian mendapat terjemahan langsung dalam kebijakan dan program teknis pemerintah.

“Targetnya jelas: hasil ini akan menjadi dasar perencanaan ruang, pembangunan infrastruktur. Hingga penguatan ketahanan masyarakat,” imbuh Arief.

Tahun ini, ZCRA memberi perhatian khusus pada dua daerah aliran sungai yang paling membutuhkan penanganan DAS Babon.

DAS Babon rentan akan banjir pesisir dan kerap menghantam kawasan Sayung, Demak. Kemudian DAS Tuntang, di mana maraknya aktivitas perkebunan dan perhutanan sosial membuat kemampuan tanah dalam menyerap air semakin menurun.

BACA JUGA: Tanam 48 Ribu Pohon, Pertamina Foundation dan Undip Perkuat Lingkungan Hulu Sungai Babon

Arief menyebut perubahan tutupan lahan di hulu berperan besar dalam meningkatnya banjir besar di wilayah pesisir.

“Kami ingin melihat keterhubungan antara alih fungsi lahan dan banjir yang terjadi. Konservasi harus di perkuat agar bencana serupa, seperti yang terjadi di Grobogan, tidak terulang,” tegasnya.

Menurut Arief, banjir ekstrem dan meningkatnya risiko iklim telah memukul perekonomian masyarakat pesisir, terutama di Sayung dan Demak.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan