“Saya sudah sampaikan ke camat lurah untuk bisa meneruskan program Jumat Berkah dengan kekuatan gotong royong dan solidaritas masyarakat setempat. Lama-lama APBD saya minta zero supaya partisipasi masyarakat lebih meningkat,” bebernya.
Kepala Dinas Sosial Kota Semarang, Heroe Soekendar menambahkan, program Jumat Berkah ini adalah salah satu dari konsep rehabilitasi sosial berbasis masyarakat yang dimiliki Dinas Sosial. Ia menyebutkan jika masalah sosial yang ada di Kota Semarang sebisa mungkin diselesaikan oleh masyarakat itu sendiri termasuk permasalahan kemiskinan.
“Kami sengkuyung bareng memberikan sembako bagi masyarakat yang kurang mampu. Kami memberi contoh agar ini bisa dilakukan kecamatan, kelurahan, dan tempat ibadah supaya bergerak bersama,” ucap Heroe.
Program yang dilakukan Dinsos ini sekaligus juga untuk mengatasi masalah stunting di Kota Semarang. Ia menyampaikan jika stunting tidak hanya masalah yang dihadapi anak-anak saja tapi juga ibunya. Untuk itu, pihaknya berusaha juga untuk mencukupi kebutuhan gizi sang ibu dari kalangan kurang mampu agar nantinya tidak melahirkan anak yang stunting.
“Per jumat rata-rata kami bagi 150-200 paket sembako. Kali ini, kami bagikan ke warga kurang mampu di sekitar balai kota,” ungkapnya.
Dalam satu paket sembako yang dibagikan harganya berkisar Rp 50 ribu. Sementara anggaran yang digunakan untuk pembagian Jumat Berkah kali ini adalah swadaya dari para pegawai Pemkot Semarang.
“APBD tidak ada, zero. Kami berupaya mengatasi kemiskinan tanpa membebani APBD,” pungkasnya. (Ak/El)