Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kematian sapi-sapi ini. “Kita kirim petugas untuk melakukan pengecekan, sampel sudah di ambil dan di kirim untuk uji laboratorium,” kata Plt Kepala Dinas Pertanian, Hernowo Budi Luhur.
Hernowo memaparkan, dari laporan yang ada pada 2 sampai 6 Agustus kemarin, total ada sembilan ekor sapi yang mati dari empat pertenak dalam kelompok Rukun Makmur, Kelurahan Cepoko Gunungpati.
Bahkan, satu peternak lima ekor sapi mati pada Senin 5 Agustus 2024 kemarin. Adapun sapi yang mati ini berada dalam satu kandang, sementara sapi lainnya di kandang terpisah tidak mengalami kematian.
“Ini lokasinya terpisah dengan kandang lainnya, salah satu peternak punya 15 sapi. Nah yang lima ini dalam satu kandang,” tuturnya.
Adapun dari informasi yang ada, lanjut Hernowo peternak tersebut sempat mendatangkan sapi baru pada akhir Juli dari Ambarawa. Setelah sampai sapi tersebut sakit dengan gejala ngorok yang diduga terkena Bovine Ephemeral Fever (BEF).
“Gejala sapi yang mati kemarin lemas, dan akhirnya di potong di kandang. Laporan dari petugas darah yang keluar cenderung sedikit,” bebernya.
Pihaknya mengaku masih menunggu hasil dari laboratorium, sementara ini pemilik sapi melakukan pemisahan dengan sapi lainnya. Ia menjelaskan jika di Semarang beberapa kali di temukan kasus PMK, BEF, Bentol Kulit dan lainnya yang menyebabkan kematian.
“Kasus PMK dan bentol kulit sudah tidak ditemukan, untuk mengetahui penyebabnya kita tunggu hasil lab,” pungkasnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah