Program ini harapannya bisa membantu menjaga daya beli masyarakat, terutama di tengah potensi fluktuasi harga pangan.
Menurut Agustina, Semarang sebagai kota metropolitan memiliki tantangan dalam penyediaan pangan karena sebagian besar wilayah telah beralih fungsi menjadi kawasan industri dan permukiman.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan produksi lokal. Oleh karena itu, Pemkot memperkuat rantai distribusi dan cadangan pangan agar masyarakat tidak kesulitan memperoleh bahan pokok,” jelasnya.
Selain GPM, Pemkot Semarang terus menggulirkan berbagai inovasi pengendalian harga dan penyediaan pangan. Seperti Gerakan Kempling Semar (Ketahanan Pangan Keliling Semarang) dan kerja sama dengan aplikasi Lumpang Semar untuk mempermudah distribusi.
“Semua program ini bagian dari upaya kolektif untuk menghadirkan pangan yang aman, sehat, dan terjangkau,” tambahnya.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata kolaborasi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Pemkot Semarang mengajak seluruh pihak untuk menjadikan GPM sebagai momentum memperkuat ketahanan pangan daerah.
“Dengan semangat gotong royong dan inovasi, kita pastikan Semarang selalu siap menghadapi tantangan pangan di masa depan,” tegas Agustina.
Gerakan Pangan Murah juga harapannya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan bergizi dan seimbang.
Pemkot Semarang menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan program-program pro-rakyat yang tidak hanya menjaga stabilitas harga, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan warganya. (*)
Editor: Elly Amaliyah