Jateng

31 Ribu Keluarga di Jateng Terima Bantuan Air Bersih, BPBD Ungkap Tiga Daerah Kekeringan Terparah

×

31 Ribu Keluarga di Jateng Terima Bantuan Air Bersih, BPBD Ungkap Tiga Daerah Kekeringan Terparah

Sebarkan artikel ini
BPBD Jateng Air | Kekeringan Jawa Tengah | BMKG Kekeringan | ilustrasi kekeringan | Bencana Kekeringan
Ilustrasi kekeringan. (Foto: Pexels/Pixabay)

BACA JUGA: Forum TJSLP Semarang Keroyokan Atasi Problem Air Bersih di Kecamatan Bancak: Bakal Bikin Sumur Bor

Pihaknya pun membeberkan alasan mengapa Klaten selalu menjadi daerah yang rutin menerima dropping air bersih tiap tahunnya. Bahkan, Klaten, Brebes, dan Purworejo menjadi daerah yang menerima dropping air selama tiga tahun berturut-turut.

“Tiga kabupaten itu hampir 3 tahun berturut-turut selalu melakukan dropping air bersih di beberapa desanya ya, terutama Klaten yang di daerah tinggi menuju Merapi, kan memang di situ tidak ada sumber air,” ujarnya.

Daerah pegunungan tersebut, kata Chomsul, sangat bergantung pada aliran sungai saat musim hujan. Ketika curah hujan berkurang, sumber air hilang dan masyarakat terpaksa menunggu bantuan air bersih.

“Saat bukan musim kemarau, masyarakat itu banyak mengandalkan [air] dari aliran-aliran hulu sungai. Nah, pada saat musim kemarau, curah hujan berkurang, sumber air enggak ada, akhirnya dipenuhi dengan dropping-dropping seperti itu,” ucapnya.

Belum semua wilayah Jateng dapat curah hujan yang cukup

Lebih jauh, Chomsul menyebut belum semua wilayah mendapatkan curah hujan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih, meski saat ini Jawa Tengah sudah mulai memasuki musim penghujan.

“Kalau dari prediksi BMKG sebenarnya secara umum di Jateng sudah memasuki musim penghujan. Di bulan Oktober mungkin sudah hampir 70% wilayah-wilayahnya memasuki musim hujan,” katanya.

Chomsul mengungkap, daerah di Jawa Tengah yang paling lama menerima hujan ialah bagian timur, seperti Rembang dan Grobogan.

“Misalkan Rembang dan Grobogan, dia musim hujannya paling lambat. Nah, termasuk sekarang di Klaten ini sebenarnya sudah beberapa [daerah] masuk musim penghujan ya, cuman memang belum puncak,” tambahnya.

Berdasarkan data yang ia peroleh dari BMKG, puncak musim penghujan perkiraan terjadi pada Januari–Februari 2026. Saat itu, kebutuhan air bersih diharapkan bisa terpenuhi tanpa harus dilakukan dropping lagi.

“Nanti puncaknya musim penghujan secara umum sekitar bulan Januari-Februari 2026. Jadi, untuk intensitas [hujan saat ini] memang masih rendah, tapi sudah memasuki musim penghujan. Tapi mungkin belum bisa memenuhi kebutuhan air yang di wilayah situ,” pungkasnya. (*)

Editor: Mu’ammar R. Qadafi

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan