Di sisi lain, pasien yang telah berkonsultasi telah berada pada tahap serius. Di sisi lain, tak sadar sudah mengalami gangguan.
“Alasannya, yang pertama mereka tidak menganggap itu sebagai gangguan, yang kedua mereka malu, ada anggapan remeh. Nah itu justru yang menjadi pintu masuk awal yang lebih parah,” kata Alek.
Selain itu, stigma negatif tentang pasien rumah sakit jiwa yang masih ada bisa jadi membuat masyarakat enggan untuk memeriksakan dirinya. Bahkan, karena sitgma negatif itu, tak jarang pasien yang sudah pulang kembali dirawat lagi di rumah sakit karena
“Pasien sudah dirawat inap dan sudah stabil, kembali ke rumahnya. Sebagian kasus akan kembali lagi. Artinya ada pembullyan yang dilakukan oleh sekitarnya. Jadi mereka tidak sembuh dan sakit lagi, bahkan menjadi pengunjung tetap,” ujarnya.
BACA JUGA: Sering Gak Mood atau Bahkan Stres Hingga Depresi? Ini Tips Jaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Karena itu, Alek berpandangan jika kesehatan mental merupakan tanggung jawab bersama. Mulai dari pemerintah, rumah sakit, hingga masyarakat itu sendiri. (*)
Editor: Farah Nazila