Scroll Untuk Baca Artikel
Politik

Deflasi Berbulan-bulan, Ekonom Undip Sebut Kelas Menengah Lebih Pilih Tahan Uangnya, Kenapa?

×

Deflasi Berbulan-bulan, Ekonom Undip Sebut Kelas Menengah Lebih Pilih Tahan Uangnya, Kenapa?

Sebarkan artikel ini
Kontroversi Efisiensi Anggaran, FX Sugiyanto: Pentingnya Studi sebelum Memangkas Anggaran
Ekonom asal Universitas Diponegoro (Undip), Prof. FX Sugiyanto. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tvEkonom menyebut ini kali pertama bagi Indonesia mengalami deflasi berturut-turut. Hal itu terungkap oleh ekonom asal Universitas Diponegoro (Undip), Prof. FX Sugiyanto.

Sugiyanto menuturkan, deflasi adalah hal yang baik jika terjadi pada kondisi tertentu.

“Dalam perspektif historis [Indonesia], kita baru pertama kali deflasi berbulan-bulan. Kalau deflasi dalam waktu satu-dua bulan mungkin itu baik bagi mereka yang punya uang, karena relatif murah untuk belanja,” ungkap Sugiyanto.

Namun, kata Sugiyanto, jika deflasi terjadi cukup lama seperti saat ini, maka hal itu menunjukkan adanya penurunan daya beli.

“Tapi kalau itu terjadi cukup lama, deflasi itu menunjukkan apa? Bisa jadi indikasi kuat kalau orang menahan duit mereka untuk belanja atau gak punya duit. Dua-duanya bisa terjadi,” ungkap Sugiyanto.

BACA JUGA: Koalisi di Daerah Tak Linear Pilgub Jawa Tengah, Bagaimana Strategi PDIP Menangkan Andika-Hendi?

Ia menduga, deflasi yang terjadi lima bulan berturut-turut ini tak terlepas dari penurunan daya beli kelas menengah.

“Orang kelas menegah daya belinya mulai menurun. Dugaan saya memang ada penurunan daya beli yang konsisten dalam beberapa bulan,” jelas Sugiyanto.

Adapun kelompok kelas menengah itu, kata dia, jumlahnya sebanyak 40 persen di Indonesia.

“Kan ada 40 persen kelompok menengah, 20 persen tertinggi, dan 40 persen temiskin. Nah, 40 persen menengah ini yang mulai berkurang karena daya belinya turun,” paparnya.

Indonesia deflasi, kelas menengah pilih menahan uang, apa alasannya?

Dalam hematnya, kelompok menengah yang memilih untuk menahan uangnya bisa berisiko bagi perekonomian.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan