SEMARANG, beritajateng.tv – Pemerintah memang telah mencabut pembatasan penjualan gas elpiji 3 kg bagi pengecer. Meski begitu, kelangkaan gas elpiji 3 kg ternyata masih terjadi di sejumlah wilayah di Kota Semarang.
Salah satu pengecer, Subiono, menyebut penjualan gas elpiji ditempatnya belum kembali normal. Sudah dua minggu terakhir ini ia belum mendapat kiriman gas elpiji dari pangkalan.
“Ini sudah dua minggu enggak ada drop [stok], padahal katanya mau dinormalkan kembali. Ini kemarin hari Rabu belum dapat kiriman,” katanya kepada beritajateng.tv, Jumat, 7 Februari 2025.
Subiono mengaku hingga saat ini puluhan pembeli datang untuk menanyakan stok gas elpiji di tempatnya. Namun, stok di warungnya masih kosong karena belum ada kiriman.
BACA JUGA: Sulitnya Cari Gas Elpiji 3 Kg, Pangkalan LPG di Kota Semarang Sampai Tolak 50 Pelanggan dalam Sehari
Ia sendiri menjual gas elpiji 3 kg seharga Rp21 ribu pertabungnya. Harga itu lebih tinggi sedikit dibanding Harga Eceran Tertinggi (HET) di Jawa Tengah yakni sebesar Rp18 ribu.
“Di sini paling-paling jual Rp21 ribu, harga drop dari agen Rp18,5 ribu. Yang beli tetangga-tetangga, kita enggak tega menaikkan banyak sekedar untuk operasional,” sambungnya.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Nugroho Sumarjiyanto Benedictus, menilai kebijakan pembatasan penjualan gas elpiji 3 kg memiliki dampak besar bagi masyarakat.
Salah satu dampaknya yakni kelangkaan gas elpiji masih saja terjadi meski pemerintah telah mencabut kebijakan tersebut.