Hukum & Kriminal

Kesaksian Residen Anestesi Undip: Harus Bayar Iuran Rp20 Juta per Bulan untuk Kebutuhan Senior

×

Kesaksian Residen Anestesi Undip: Harus Bayar Iuran Rp20 Juta per Bulan untuk Kebutuhan Senior

Sebarkan artikel ini
PPDS Anestesi | Daeng Undip | dekanat FK Undip
Spanduk “Zero Bullying” terpasang di lobi Dekanat FK Undip, Kamis, 15 Agustus 2024. (Fadia Haris Nur Salsabila/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Sidang kasus dugaan perundungan di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Undip kembali mengungkap praktik ganjil dalam sistem pendidikan.

Salah satu saksi, dr. Herdaru, yang merupakan teman seangkatan almarhumah dr. Aulia Risma, menjelaskan adanya sistem “helper” yang para residen junior biayai langsung.

Menurut Herdaru, tiap residen membayar iuran bulanan hingga Rp20 juta. Dana tersebut mencakup biaya untuk membayar mahasiswa S-1 yang ditugaskan membantu menyelesaikan pekerjaan senior. Jumlah total bisa mencapai Rp 200 juta sebulan jika terkumpul dari satu angkatan.

BACA JUGA: Sidang Lanjutan Kasus PPDS Undip Bongkar Tradisi Iuran Tanpa Aturan Resmi, Nominal Puluhan Juta

“Kami rekrut mahasiswa tingkat awal yang kami sebut helper. Mereka diminta bantu cari jurnal, siapkan makanan, hingga mencuci perlengkapan senior,” ucap Herdaru saat bersaksi di Pengadilan Negeri Semarang, Rabu, 18 Juni 2025.

Tidak hanya itu, residen juga bertanggung jawab atas logistik operasional senior. Termasuk menyediakan mobil, bensin penuh, hingga snack untuk para DPJP dan senior yang mendapat perlakuan khusus.

Herdaru menyebut, beban tersebut tetap harus ditanggung meski sedang cuti. Ia dan almarhumah Aulia Risma tetap wajib membayar iuran meski tak aktif mengikuti kegiatan.

BACA JUGA: Sidang Kedua PPDS: Pulang Larut hingga Senior Kucilkan jika Tak Turuti Pasal Anestesi

“Kalau saya tidak bayar, teman satu angkatan ikut terbebani. Jadi tetap harus setor,” katanya.

Pada semester awal, para residen baru juga beroleh tugas sebagai kurir dan logistik. Mereka mengurus sarapan, fotokopi, bahkan kebutuhan pribadi senior. Semua aktivitas ini teratur melalui struktur organisasi internal angkatan.

Aulia sempat mengeluhkan tekanan yang ia rasakan. Setelah cuti karena gangguan kesehatan, ia tetap mendapat perlakuan yang sama. Beban tidak berubah meski kondisinya sudah menurun. (*)

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan