Pendidikan

Minim Pendaftar, Puluhan SD Negeri di Semarang Terpaksa Buka Gelombang 2 Pendaftaran

×

Minim Pendaftar, Puluhan SD Negeri di Semarang Terpaksa Buka Gelombang 2 Pendaftaran

Sebarkan artikel ini
Sekolah Rakyat Bakal Dibangun di Rowosari Semarang, Terpadu dari SD, SMP Hingga SMA
Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bambang Pramusinto. (Ellya/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Puluhan sekolah dasar (SD) negeri di Kota Semarang terpaksa membuka gelombang kedua pendaftaran pada akhir Juni hingga awal Juli 2025.

Hal ini dilakukan setelah jumlah pendaftar tidak memenuhi kuota yang tersedia, bahkan di beberapa sekolah, tidak ada siswa baru yang mendaftar sama sekali. Salah satu penyebab utama fenomena ini diduga terkait dengan masalah kartu keluarga (KK) yang dimiliki oleh banyak calon murid.

Berdasarkan data yang diterima Dinas Pendidikan Kota Semarang, kuota yang tersedia untuk SD negeri di kota ini mencapai 14.476 kursi. Namun, hingga batas akhir pendaftaran pada gelombang pertama, hanya tercatat 12.925 pendaftar.

Akibatnya, masih terdapat ribuan kursi kosong yang tersebar di berbagai kecamatan di Kota Semarang.

Penyebab Minimnya Pendaftar

Masalah utama yang dihadapi oleh calon murid adalah ketidakcocokan data pada kartu keluarga. Banyak orang tua yang bekerja di Kota Semarang, namun memiliki KK yang terdaftar di luar daerah.

BACA JUGA: Momen Unik Daftar Ulang SPMB SMAN 2 Semarang, Ada Murid Baru Kembar Tiga!

Salah satunya adalah Ningsih (30), seorang warga asal Wonogiri yang kini berdomisili di Semarang. Ningsih mengaku terpaksa menitipkan anaknya kepada neneknya di kampung halaman agar anaknya tetap bisa bersekolah di sana. Karena KK yang ia miliki masih terdaftar di desa orang tuanya.

“Dulu waktu TK anak saya sekolah di sini, tapi karena KK saya masih di desa, anak saya akhirnya saya titipkan ke orang tua di sana untuk sekolah,” kata Ningsih yang bekerja di kompleks pertokoan.

Hal serupa juga Kasmari (35) alami. Ia merupakan pedagang di pasar tradisional Semarang. Ia memilih untuk menyekolahkan anaknya di desanya, Klaten, dan menitipkan anaknya kepada orang tuanya.

“Sekarang sekolah semakin sulit, banyak aturan baru, katanya wajib belajar, tapi kenyataannya malah makin sulit,” ungkap Kasmari.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan