SEMARANG, 15/10 (beritajateng.tv) – Program digitalisasi desa perlu terus dijalankan. Terlebih jika merujuk pada kondisi pandemi Covid-19 lalu, semua pergerakan ekonomi bisa berjalan ketika daerah bisa mengakses internet dan melaksanakan proses digitalisasi. Digitalisasi desa juga dapat diterapkan dalam mempromosikan potensi desa seperti UMKM dan pariwisata.
Hal tersebut mengemuka dalam Sosialisasi Non Perda “Penerapan Digitalisasi Desa di Kabupaten Semarang” yang digelar di Pendopo Balai Desa Banyubiru, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Kamis (13/10/2022).
“Perkembangan teknologi ini memaksa semua lini, termasuk sektor pertanian untuk beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital,” ujar Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto yang hadir secara virtual.

Meski begitu, masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam penerapan digitalisasi. Tantangan tersebut seperti minimnya partisipasi kaum muda, rendahnya kualitas SDM pada sektor pertanian, jaringan internet yang masih terbatas, hingga belum optimalnya dukungan permodalan. Tantangan tersebut perlu dicarikan solusi oleh pihak terkait.
Desa Banyubiru sendiri telah dinobatkan sebagai desa digital dan kerap menjadi percontohan. Pemerintah Desa Banyubiru juga meuncurkan aplikasi smart village yang bisa diunduh di playstore.
Kepala Desa Banyubiru Sri Anggoro Siswaji mengatakan, sejumlah desa dari provinsi di Indonesia telah melakukan studi banding di desanya. Transaksi di Desa Banyubiru juga telah menggunakan sistem non tunai, seperti pengadaan barang dan jasa, hingga penyaluran bantuan langsung.
“Hanya saja kami terkendala belum adanya SK (Surat Keputusan) sebagai desa digital dari dinas terkait,” paparnya dalam acara yang dimoderatori Ricky Fitriyanto tersebut.